"Lalu, bagaimana
bisa memutuskan kuliah?" kejar Maria seraya menyadari kesalahan dugaannya [Malu nih, jadinya. Untung Watik tak tahu
dugaannya!].
"Begini Suster,
saya bekerja mendampingi anak-anak di panti asuhan. Nah, singkatnya dalam
pendampingan itu saya mengalami bahwa mengenal orang lain secara lebih jauh itu
penting. Salah satu cara mengenal yang baik adalah dengan belajar psikologi.
Maka, lalu saya berubah pikiran, ingin kuliah."
"O oh, saya tidak
menduga ternyata ceriteranya panjang, dan menarik betul jalan hidupmu! Di panti
asuhan mana Tik?" tanya Maria lagi.
"Jawa Barat,
Suster!" jawab Watik singkat.
"Jawa Barat!"
seru Maria dengan mengernyitkan dahi.
"Iya,
Sindanglaya. Di sana juga ada suster. Ada banyak! Suster kenal
tidak?"
"Tidak. Saya tidak kenal!" jawab Maria
yang memang belum pernah ke tempat yang dimaksud Watik.
"Oh ya, itu apa... tarekatnya
berbeda ya, Suster?" kata Watik yang selama di Jawa barat, sudah mendapat
sedikit gambaran tentang kehidupan suster. [Tarekat
adalah semacam organisasi].
"Betul sekali.
Ha, kamu sudah tahu?" seru Maria.
Watik mengangguk
dengan tersenyum, lalu berkata, "sedikit, Suster!"
"Jadi, Watik
lulus SMA tahun sembilan enam?" tanya Maria kembali ke soal sebelumnya.