"Ya, Suster.. ini
hal baru yang sangat menarik. Memang, tidak semua yang suster katakan bisa
langsung saya pahami secara gamblang.
Namun saya sangat senang mendengar penjelasan Suster. Di Cipanas, memang, saya
juga mengenal beberapa suster, namun belum pernah mendapatkan penjelasan
seperti ini. Mungkin karena perbedaan umur, sehingga saya sungkan untuk
bertanya. Syukurlah, Suster menjadi teman sekelas saya.."
"Tapi tentang
penjelasan tadi, memang tidak harus langsung paham. Kebetulan saja Tik kita
sekelas, sehingga kita mempunyai banyak kesempatan untuk ngobrol." Maria diam sejenak lalu berkata, "Saya pun masih berjuang
Tik!" Perkataan terakhir diucapkan dengan tekanan.
"Maksudnya apa
Suster?"
"Saya masih dalam
perjuangan untuk berusaha dan terlebih menghayati apa yang saya katakan tadi. Itu tidak akan sekali jadi, melainkan melewati sebuah
proses yang panjang, bahkan sampai mati. Selama masih hidup, masih senantiasa
dalam perjuangan." Maria berkata sambil membayangkan Watik tertarik masuk
menjadi suster seperti dirinya. [Hmm..
promosi panggilan!].
"Tapi Suster...
Saya tidak mengerti... Suster itu merasa... atau bisa jatuh cinta atau tidak?"
tanya Watik tanpa merasa takut karena yakin Maria tidak akan tersinggung.
"Maksudnya?"
tanya Maria pura-pura tidak memahami arah pertanyaan Watik.
"Itu..tu, cinta
pada laki-laki," jawab Watik pelan sambil tersenyum.
"Ya bisa, saya
kan perempuan normal!" sahut Maria dengan diiringi tawanya sendiri, tapi
sedikit malu.
Karena Watik diam,
Maria melanjutkan, "justeru kalau seorang suster tidak pernah ada perasaan
cinta pada lawan jenis, ada sebuah masalah serius. Ia bukanlah manusia yang
utuh. Perlu disadari, cinta adalah sesuatu yang hakiki dalam diri manusia. Nah,
cinta atau afeksi adalah modal dasar bagi seorang religius (biarawan-biarawati)
untuk mencintai semua orang. Maka, bagi religius, cinta pada lawan jenis
bukanlah sesuatu yang haram, melainkan sebuah anugerah yang membuat ia mampu
mencintai semua orang, atau katakanlah orang-orang yang dihadapinya. Hanya
saja... seperti saya katakan tadi.. cinta pada lawan jenis itu harus diolah
sedemikian rupa menjadi cinta pada semua orang. Cinta pada lawan jenis tertentu
(khusus) dikembangkan menjadi cinta pada semua jenis tidak tentu (umum).
Pengembangan cinta! Perasaan cinta yang tumbuh dalam diri bukan dibunuh,
melainkan dikembangkan menjadi lebih luas." Maria menyadari bahwa ia pun belum
memahami secara tuntas perkataan yang disampaikannya itu.
"Terus,
bagaimana, kan tidak boleh menikah?" tanya Watik masih penasaran.
"Begini..." Maria
berhenti tertawa dan buru-buru mengubah wajahnya menjadi serius. "Meskipun saya
bisa mencintai laki-laki, saya tidak menuruti perasaan itu, tetapi
mengurbankannya untuk mencintai Tuhan. Begini.. cinta kepada lawan jenis, kalau
kita kepada laki-laki, merupakan sesuatu yang indah, manis, membahagiakan, ya
kan?"