"Lalu
ada sesuatu yang menarik lainnya?" tanya Maria menatap Watik dengan tersenyum.
"Ada, dan menurut saya berhubungan juga dengan kasus
kita."
"Apa itu Tik?" tanya Maria bersemangat.
"Tapi ini baru pemikiran saya.. tidak
tahu benar tidaknya. Nanti saya minta tanggapan Suster!"
Maria tidak berkata dan terus menatap
Watik. Menunggu.
"Suster... sesudah merenungkan kenyataan
hubungan saya dengan Dewi yang berlarut-larut, saya menemukan sebuah kenyataan
relasi antar manusia. Singkatnya, saya memahami adanya sebuah misteri dalam
relasi antar manusia, dan lalu saya menyebutnya misteri relasi."
"Sepertinya,
hal ini baru saya dengar. Coba lanjutkan
Tik! Saya belum menangkap," kata Maria karena Watik berhenti sejenak.
"Ah, bagaimana saya harus menjelaskan..
saya malah jadi bingung.. soalnya ini
kan masih berupa dugaan, Suster!"
"Loh... kamu
kan yang membuat, masa bingung?" sergah Maria dengan tertawa dan memandang
Watik.
"Ya... mungkin langsung dengan contoh saja
suster.. rumusannya nanti ya... Begini... saya akan menggambarkan
kenyataan relasi saya dengan orang lain. Katakanlah
dengan A, B dan C. Relasi saya dengan A, baik. Alasannya, saya bisa berbicara
secara terbuka padanya dan ia pun menanggapinya dengan penuh simpati. Dengannya
bisa memecahkan masalah secara bersama dan mudah. Pokoknya antara saya dan A,
sepertinya sudah menjadi satu. Kemudian, relasi saya dengan B sedang-sedang
saja. Alasannya, kami bisa saling berkomunikasi, tapi ya... tidak bisa mengupas
sampai hal-hal yang detail. Katakanlah biasa saja. Sedangkan relasi saya dengan
C, buruk. Alasannya, saya tidak pernah bisa bicara secara blak-blakan dengan C,
karena selalu disalahpahami, sehingga kalau berbicara tidak pernah nyambung.
Dengan C, kalau ada masalah tidak pernah selesai. Nah... itu yang saya pikirkan,
Suster. Gimana pendapat Suster?"
"Mmm...
nampaknya kamu berpendapat bahwa seseorang tidak akan bisa membangun relasi
dengan semua orang secara sama. Apakah seperti
itu?" Maria berusaha menyimpulkan.