"kalo kakak membunuhnya, lalu apa bedanya dengan dia? kakak akan sama-sama jadi pembunuh."
Vivi menggelengkan kepalanya, "Tapi Chik -"
"Shhuttt, gak ada tapi-tapian kak. Kakak gak perlu balas dendam, Chika gak dendam sama sekali ke Pak Hasan."
"Chika udah terima semuanya dengan lapang dada, bagaimana pun ini sudah jadi takdir Chika."
Cahaya itu tersenyum pada Vivi dan senyuman itu persis sekali dengan milik Chika saat dirinya masih hidup.
"Pulang yah kak, gak usah khawatirin Chika. Chika disana udah bahagia, tuhan jagain Chika disana."
"Diatas tempatnya indah banget, Chika pingin bawa kakak kesana tapi kata tuhan gak boleh. Kakak harus jadi baik dulu baru kita bisa sama-sama tinggal ditempat indah itu."
"Jadi Chika datang kesini biar bisa mencegah Kak Vivi jadi orang jahat. Biar Tuhan bisa ngizinin kakak masuk ke tempat indah itu bareng Chika."
Vivi termenung mendengar setiap kata yang keluar darinya. Cahaya itu lalu meneteskan air mata.
HIKS...HIKS....
"C-chika mohon, pulang yah kak. Jangan kayak gini, Chika sakit liat kakak kaya gini."