"Wajahmu mengingatkan ku pada Aza, anak semata wayangku."
"Benarkah? Memangnya sekarang dia kemana paman?"Â
Altazar menundukkan pandangannya, "Ia sudah tiada nak, kita sama-sama kehilangan orang yang paling berharga dengan cara yang sama."
Vivi membulatkan kedua matanya kaget, ia merasa bersalah telah menanyakan hal sesensitif ini.
"Maaf paman, aku tidak tahu."
"Tak apa, lagian itu sudah puluhan tahun yang lalu."
Setelahnya hanya ada hening di antara mereka. Hingga Vivi ingat sesuatu yang sempat ingin ia tanyakan.
"Bagaimana paman bisa berbicara? terakhir kali aku lihat paman di rumah makan itu, paman tidak bisa berbicara hanya berdehem dan menunjuk sebagai alat berkomunikasinya." Tanya Vivi dengan wajah sangat penasaran.
"Aku memang tidak bisa berbicara, lidah ku sudah tidak ada."
Jawaban itu semakin membuat Vivi bingung, Altazar yang menyadari hal tersebut akhirnya buka suara.
"Coba kau lepas liontin itu nak." Pintanya.