Mohon tunggu...
Ratu Prameswari
Ratu Prameswari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII

XII MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nelangsa

2 Maret 2022   03:25 Diperbarui: 2 Maret 2022   03:31 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hal ini sangat membuatku jengkel. Kita menonton TV untuk mencari hiburan bukan mencari emosi. Kadang kala karena saking kesalnya, aku memukul belakang TV itu dengan sangat kencang. Seperti kejadian tadi, sudah beberapa kali aku memukulnya tapi tetap saja runyam. Alhasil aku memukulnya dengan kencang. Lihatlah! Itu berhasil, TV itu kembali jernih.

Jika kalian ingin menggunakan teknik ini, aku sarankan kalian melakukannya saat tidak ada orang. Kenapa begitu? Ya, karena jika di lakukan di depan orang terutama keluarga kalian. Aku pastikan kalian akan kena marah dan di omeli atau situasi terburuknya kalian akan di coret dari kartu keluarga jika sampai TV itu rusak.

“Lain kali pelan-pelan Vi, kita bukan konglomerat yang tiap TV rusak langsung ganti. Kita mau beli TV aja harus nabung berbulan-bulan baru ke beli. Kamu harusnya bersyukur.” Omel Mamah.

Aku meringis mendengar omelannya lalu meminta maaf. Kami pun kembali menonton berita di TV. Tenang saja, sekarang layarnya sudah jernih.

“Berita ini sangat menggemparkan masyarakat kota Bandung, terlebih lagi di kalangan orang tua dan anak remaja.” Ucap Presenter wanita yang membawakan acara.

Kami pun menyimak dengan khidmat. “ Dalam 2 tahun terakhir, sudah ada 30 lebih anak remaja yang menghilang secara misterius. Para polisi yang menangani kasus ini selalu buntu di tengah jalan di karenakan kurangnya barang bukti.”

Adikku Chika bergidik ngeri. Memang akhir-akhir ini banyak sekali kasus menghilang secara misterius, menurut pihak kepolisian rata-rata anak remaja yang menghilang berumur sekitar 14-18 tahun. Oleh karena itu, banyak orang tua yang memiliki anak berumur sekian menjadi ketakukan dan memilih untuk mengurung anaknya dirumah karena sampai detik ini pelaku belum tertangkap.

Seperti halnya kami, Aku dan Chika hanya diperbolehkan keluar rumah saat sekolah saja. Jika sudah pulang sekolah, kami harus segera kembali kerumah. Tidak ada waktu main dengan teman-teman seperti dulu. Sejak saat itu, kami harus selalu berwaspada dengan orang asing.

“Kak, kenapa para anak yang hilang itu tidak dapat di temukan? Bahkan jika mereka mungkin sudah mati, kenapa jasad nya juga tidak ditemukan?” Tanya Chika.

Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan serius, “Hanya ada 2 kemungkinan Chik.”

“Apa itu kak?” ucapnya dengan raut wajah penasaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun