Baru Klinthing tersenyum sinis. Dasar jiwa-jiwa pengemis..!
Â
"Kalian lihat lidi di tanganku ini?" Ucap Baru Klinthing dengan suara lantang. "Ini bukan lidi sembarangan. Aku akan tancapkan lidi ini di tanah. Dan barangsiapa dari kalian yang berhasil mencabut lidi ini, akan kuberikan seluruh koin emasku ini kepadanya."
Â
Baru Klinthing diam-diam merapal mantra, menyalurkan kekuatannya ke dalam lidi yang ia pegang. Ia tancapkan lidi itu sekuat tenaga ke dalam tanah. Warga desa itu takjub. Tak seorang pun mengira Jaka Pening memiliki kekayaan berupa koin-koin emas yang banyak. Lebih lagi tak seorang pun mengira bahwa Baru Klinthing telah menggunakan kesaktiannya melalui lidi bambu itu.
Â
"Halaaah.... apa sih susahnya cuman nyabut lidi?! Aku juga bisa." Ucap seorang ibu-ibu muda dengan angkuhnya. Namun begitu terkejutnya saat ia rasakan lidi yang ia pegang tak hanya kuat menancap di tanah, namun juga terasa berat.
Â
"Biar aku saja!" Kata seorang pemuda. Namun ia pun sama terkejutnya, begitu berat lidi itu ia rasakan. Pemuda itu sampai jatuh ke belakang.
Â
"Halaah... apa ini?! Nyabut lidi aja tenaganya pada kayak lemper." Seorang bapak berbadan tambun mendekat dengan penuh kesombongan. Namun kesombongan itu pun lenyap manakala ia sampai jatuh tersungkur saking tidak kuatnya menarik lidi itu.