Jaka Pening ambruk ke tanah, bahunya mengalirkan darah segar. Bapak-bapak yang lain menariknya berdiri dan memukulinya bersama-sama. Jaka Pening tak dapat melawan. Bahkan saat akhirnya, Ki Seladharma yang tadinya diam terpaku dengan hati membara, menarik Jaka Pening ke arahnya dan menghunjamkan kerisnya ke ulu hati anak itu.
Â
Craass..!!
Â
Darah segar muncrat dari sana. Jaka Pening terkesiap, tak mampu lagi berteriak. Ia nyaris mati rasa. Begitu pun perasaannya. Ditatapnya wajah Ki Seladharma yang juga menatapnya tajam penuh kebencian, dan segenap perasaan lain yang laki-laki itu sendiri tak tahu pasti. Jaka Pening menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
Â
"Ba..pak...." Ucapnya lirih. "Aku anakmu... Paak.."
Â
Deess...!!
Â
Ki Seladharma menarik kerisnya kembali dan menerjang tubuh Jaka Pening sekuat tenaga. Pemuda kecil itu terpelanting jauh dan menabrak bebatuan. Terkapar, telungkup di atas tanah.