Â
Satu, dua, tiga, semua orang akhirnya berebut dan bersama-sama mencabut lidi itu. Orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. Pria dan wanita. Namun semuanya gagal hingga jatuh tersungkur. Wajah mereka merah padam menahan malu dan amarah.
Seorang dukun desa mencoba menggunakan ajiannya untuk mencabut lidi aneh itu. Namun ia seperti dihantam kekuatan yang lebih besar. Tubuhnya terasa remuk dan memuntahkan darah. Ia menatap wajah Baru Klinthing yang juga menatapnya tajam. Baru Klinthing tersenyum kejam ke arahnya.
Â
"Dia benar-benar bukan anak manusia, dia anak setan!" Ucap seorang ibu-ibu. Baru Klinthing tersenyum sinis mendengarnya.
Â
"Bagaimana? Sudah menyerah?" Ucapnya. "Atau masih mau mencoba?"
Â
Para warga desa itu hanya menatapnya dengan beragam ekspresi. Mereka pun tak tahu harus berkata apa. Sebagian warga desa yang lain masih asyik berpesta dalam gedung, tak menghiraukan kerumunan itu.
Â
"Sudah kuduga. Kalian tidak akan bisa mencabut lidi yang aku mantrai ini. Hanya orang berhati bersih dan tulus yang mampu mencabutnya. Sedangkan kalian, bukan orang seperti itu." Ucap Baru Klinthing tanpa beban.