Oh tidak... bagaimana ini? Aku tidak mungkin terjebak di masa lalu, bukan? Jika iya aku harus apa? Haruskah aku mencari keberadaan rumah nenekku. Tapi memangnya ia akan mengenaliku? Ya Tuhan, aku benar-benar benci situasi seperti ini!
"Kau kelihatannya kebingungan. Ada apa?" Tanya si pemuda itu padaku.Â
Aku tak mungkin bisa memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Bisa-bisa aku disebut orang aneh atau bahkan orang gila olehnya.Â
"Dimana rumahmu? Apa kau mau berjalan pulang bersamaku?" tanyanya.Â
Aku hanya bisa terdiam. Rupanya ia orang yang cukup peduli.Â
"Oh iya aku belum memperkenalkan diri ya! Perkenalkan namaku Ahmad Yani, biasa dipanggil Yani," katanya seraya menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.Â
Aku menghela nafas berat dan segera membalas jabat tangannya itu.Â
"Namaku Andra, dan sepertinya saat ini aku tersesat..," jawabku berbohong.
"Apa? Tersesat. Ya ampun, sebaiknya kau datang ke rumahku dahulu. Siapa tahu ayah atau paman ku bisa membantumu," ajaknya ramah.Â
Padahal kita tidak saling mengenal namun ia malah berusaha membantuku. Aku jadi merasa tidak enak, namun mau bagaimanapun juga aku memang memerlukan bantuannya.Â
"Ba... baiklah terima kasih," balasku. Kami akhirnya memutuskan untuk mulai berjalan meninggalkan para wanita itu.Â