Pada waktu itu aku ingin mengadakan sebuah inspeksi ke suatu tempat mengendarai mobil jeepku. Aku segera memerintahkan sopirku untuk mengemudikan mobilku itu.Â
"Bapak Yani, apakah tidak mau membawa pasukan pengawal karena rute yang dilalui masih cukup rawan?" tanyanya.Â
"Tidak usah, saya yakin jalan nya tidak seseram itu kok," jawabku asal-asalan.Â
Kami pun bergegas menggunakan mobil jeep itu tanpa seorang pengawal pun, namun di tengah perjalanan tiba-tiba saja mobil kami ditembaki dari semak-semak hingga terperosok ke selokan. Kami terpental dan segera mencari perlindungan. Di saat itulah sopirku terus-terusan mengomel.Â
"Apa kata saya tadi? Kenapa kita berangkat tanpa pengawalan? Apa kita harus mati konyol?" ujarnya.
Apa yang ia katakan ada benarnya juga. Hingga akhirnya aku mengangkat sopirku itu sebagai sopir khusus Panglima Operasi 17 Agustus, karena kesiagaan juga kewaspadaannya itu.
Bertahun tahun berlalu begitu saja, namun selama itu aku belum pernah mendengar nasib dari kawan lamaku, Andra. Tak ada seorang pun yang tahu keberadaannya. Padahal Sukarno sudah menetapkannya sebagai Menteri Pertahanan, tapi ia tak kunjung menunjukkan dirinya, alhasil posisinya itu digantikan oleh orang lain. Aku sendiri yakin dengan pasti jika ia masih hidup saat ini, karena setahuku dia pemuda yang tangguh.Â
(1959 - 1962)
Sampai ditahun 1959 Sukarno mengumumkan Nasakom sebagai konsep politik. Saat itu hubungan Sukarno dan Nasution menjadi amat buruk. Nasution yang sangat anti-komunis dianggap sebagai penghalang presiden Soekarno yang gencar mengampanyekan konsep Nasakom.Â
Olehnya, pada 23 Juni 1962, aku ditunjuk sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat menggantikan Nasution. Posisi Nasution sendiri dialihkan sebagai Menteri Pertahanan Keamanan.Â
Hingga suatu hari aku sedikit berdebat dengan Sukarno perihal pembentukan angkatan kelima usulan PKI. Aku yang menentang hal tersebut disetujui bersama dengan jenderal lain.