"Andra, apa kau mau satu kelompok denganku?" tanya Maya temanku.
"Tidak, terima kasih," jawabku enggan.
"Cih, kau ini dingin sekali ya, pantas saja banyak perempuan yang menyerah untuk mendekatimu," tambahnya.Â
"Ha? Yang benar saja, aku tak pernah merasa ada perempuan yang ingin mendekatiku," balasku lagi.
"Huft, dasar tidak peka?!" balasnya dan berlalu begitu saja.
Aku hanya bisa terdiam melihat perilakunya itu. Dasar perempuan, mereka memanglah makhluk yang membingungkan.
"Oke... anak-anak, seperti yang telah kita ketahui tujuh orang Jendral yang telah meninggal di tangan PKI diantaranya : Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen M. T. Haryono, Mayjen D. I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo dan Jenderal Nasution, dan bisa kalian lihat disini, seperti inilah para PKI menyiksa jendral-jendral yang telah mereka culik...," jelas seorang kurator museum.
Ia menunjuk ke arah sebuah miniatur-miniatur kecil berbentuk manusia yang diatur sedemikian rupa hingga terlihat seolah-olah beberapa dari mereka tengah menyiksa miniatur-miniatur lain yang berpakaian selayaknya jenderal.
Aku yakin seratus persen jika teman-temanku sama sekali tidak menghiraukan apa yang kurator museum itu katakan, mereka pasti sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.Â
Dan benar saja buktinya ada di depan mata kepalaku sendiri. Salah satu dari mereka ada yang tengah asyik berfoto ria, sedangkan yang lainnya tengah asyik bermain video game bersama dan yang lebih parahnya lagi ada yang malah sibuk bermesraan di gedung museum ini.
Jika sudah begini, rasanya gedung ini sudah tak layak lagi disebut sebagai sarana edukatif dan malah lebih cocok disebut sebagai sarana permainan bagi para remaja yang malas belajar. Perlu digaris bawahi, para remaja yang disebutkan disini berperilaku aneh kecuali diriku.