Mohon tunggu...
Anggita Zahra_XMIPA5
Anggita Zahra_XMIPA5 Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Pelajar SMA jones yang mencari kebahagiaan lewat ruang imaginasi. Hidup tanpa halusinasi bagai malam tanpa bintang, dapat dijalani namun samasekali tidak berkesan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

G30SPKI dalam Satu Cerpen

7 Januari 2024   16:03 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:06 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Andra, apa kau mau satu kelompok denganku?" tanya Maya temanku.

"Tidak, terima kasih," jawabku enggan.

"Cih, kau ini dingin sekali ya, pantas saja banyak perempuan yang menyerah untuk mendekatimu," tambahnya. 

"Ha? Yang benar saja, aku tak pernah merasa ada perempuan yang ingin mendekatiku," balasku lagi.

"Huft, dasar tidak peka?!" balasnya dan berlalu begitu saja.

Aku hanya bisa terdiam melihat perilakunya itu. Dasar perempuan, mereka memanglah makhluk yang membingungkan.

"Oke... anak-anak, seperti yang telah kita ketahui tujuh orang Jendral yang telah meninggal di tangan PKI diantaranya : Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen M. T. Haryono, Mayjen D. I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo dan Jenderal Nasution, dan bisa kalian lihat disini, seperti inilah para PKI menyiksa jendral-jendral yang telah mereka culik...," jelas seorang kurator museum.

Ia menunjuk ke arah sebuah miniatur-miniatur kecil berbentuk manusia yang diatur sedemikian rupa hingga terlihat seolah-olah beberapa dari mereka tengah menyiksa miniatur-miniatur lain yang berpakaian selayaknya jenderal.

Aku yakin seratus persen jika teman-temanku sama sekali tidak menghiraukan apa yang kurator museum itu katakan, mereka pasti sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. 

Dan benar saja buktinya ada di depan mata kepalaku sendiri. Salah satu dari mereka ada yang tengah asyik berfoto ria, sedangkan yang lainnya tengah asyik bermain video game bersama dan yang lebih parahnya lagi ada yang malah sibuk bermesraan di gedung museum ini.

Jika sudah begini, rasanya gedung ini sudah tak layak lagi disebut sebagai sarana edukatif dan malah lebih cocok disebut sebagai sarana permainan bagi para remaja yang malas belajar. Perlu digaris bawahi, para remaja yang disebutkan disini berperilaku aneh kecuali diriku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun