Semoga saja apa yang kuucapkan bisa mereka pahami. Tiba-tiba saja ada seorang pemuda yang menghampiri kami. Ia melihat ke arahku dan melirik ke arah benda yang kugenggam saat ini. Iya, apalagi jika bukan kunci berka-... tunggu.. tunggu sebentar mengapa kunci ini jadi terlihat seperti baru?
"Loh ini kunci rumahku! kau maling ya!" serunya tiba-tiba.Â
"Ha? Apa? Tidak-tidak! Aku tidak tahu sejak kapan kunci ini ada di tanganku," jawabku sekonyong-konyongnya.Â
"Yani, kamu kagak boleh asal nuduh die! Die ini baru aje pingsan," bantah salah seorang wanita dengan dialek betawi.
"Bisa jadi dia nemuin kunci rumah engkau," tambah yang lain.Â
Ngomong-ngomong mengapa mereka begitu membelaku?Â
"Mosok iyo lanang sebagus ini nyuri konci rumah," kata wanita yang lain.Â
"Dasar kalian ini, sekalinya bertemu pemuda rupawan langsung disanjung-sanjung seperti dewa," balasnya.
"Kamu ini, minta maaf dulu sono!" seru salah satu wanita itu.
"Ya sudah aku minta maaf, terima kasih sudah menemukan kunci rumahku," tambahnya lagi.
"Iya tidak apa," ucapku seraya memberikan kunci yang dikata-kata miliknya itu.