Mohon tunggu...
Anggita Zahra_XMIPA5
Anggita Zahra_XMIPA5 Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Pelajar SMA jones yang mencari kebahagiaan lewat ruang imaginasi. Hidup tanpa halusinasi bagai malam tanpa bintang, dapat dijalani namun samasekali tidak berkesan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

G30SPKI dalam Satu Cerpen

7 Januari 2024   16:03 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:06 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah berbulan bulan di Renseitai, aku dan Yani mendaftarkan diri untuk ditempa lagi sebagai calon perwira berpangkat shodancho di Bogor pada Oktober 1943 bersama sekira 100 jebolan Renseitai Magelang, termasuk Sarwo Edhie. 

Di Bogor, kami berkenalan dengan banyak pemuda seperti Zulkifli Lubis yang datang dari Renseitai Cimahi. Selama pendidikan shodancho berjalan, regu kami dinilai oleh pelatih Jepang cenderung lebih maju daripada yang lain. Sebagai bekas Renseitai dan regu yang dinilai cukup baik, regu kami tak lagi ikut merangkak dalam latihan fisik tetapi lebih sering menjadi pembantu pelatih. 

Biasanya memerankan kelompok musuh dan saat menunggu latihan serangan dimulai, kami memilih menghabiskan waktu menunggu itu dengan menyeduh kopi. Saat regu lain mulai menyerbu, barulah regu kami bersiap dan sudah menghabiskan kopi masing-masing.

Di masa inilah Yani selalu kelayapan ke luar markas tanpa seizin Jepang. Itu dilakukannya dengan melompati pagar. Sebagai imbalan tutup mulut untuk ku dan teman-temannya yang lain, ia selalu membawakan buah tangan berupa singkong atau pisang goreng. 

Yani benar-benar orang yang sangat nekat bahkan di hari sebelum pelantikan kelulusan, Yani membuat onar lagi hingga berujung pada hukuman berjaga semalam suntuk bagi seluruh peleton. Namun untungnya di keesokan harinya, kami tetap dilantik di Lapangan Gambir dan resmi menyandang pangkat shodancho. 

Saat itu Yani ditempatkan ke Daidan Perimbun sementara aku ditempatkan ke Blitar. Oleh karenanya sebelum berpisah kami memutuskan untuk berkumpul bersama dengan teman-teman lainnya sembari mengobrol santai. 

"Wah jika sudah begini kau bisa dekat lagi dengan Yayuk," ucapku. 

"Hehehe iya, saya rasa juga begitu. Tapi untuk kali ini akan ada yang berbeda, saya akan melamarnya," balasnya. 

"Tunggu sebentar, bukankah shodancho seperti kita dalam kurun waktu tertentu belum diperbolehkan menikah?" tanya temannya yang lain karena keheranan. 

"Ah, itu kan hanya peraturan konyol. Saya tetap akan menikahi Yayuk," ucapnya. 

Dasar dia ini memang keras kepala seperti biasanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun