"Ya sudah, saya pamit dulu ya," ucapku dan segera keluar dari rumah itu.
Aku segera pergi menuju tempat yang dirasa sepi lalu melakukan ritual yang sama. Namun kali ini ku niatkan untuk pergi ke tanggal 30 September pada pukul 03.07 pagi di rumah Yani. Hingga akhirnya aku pun sampai di halaman rumah Yani. Ku lihat sekelilingku, semuanya benar-benar gelap gulita. Ku segera memperhatikan keadaan rumah Yani.Â
Namun rupanya ia tak menambahkan jumlah penjaga rumahnya. Sial ia tak mengindahkan peringatanku. Ku mengintip dari balik jendela, para PKI sudah memasuki rumah itu dan membunuh Ahmad Yani tepat di depan ruang kamarnya. Aku terdiam, perasaan takut dan merinding bergabung menjadi satu. Aku gagal menyelamatkan Yani. Tanpa pikir panjang lagi aku segera memulai ritual yang sama, untuk kembali ke tanggal 29 September.Â
'Aku harus menyelamatkan kawanku,' ucapku gigih.
Setelah sampai di waktu yang kutuju aku segera mengetuk pintu seperti sebelumnya. Setelahnya semua berjalan seperti biasanya. Yani berkata jika wajahku tidak terlihat semakin tua dan sebagainya.Â
"Yani!, esok hari akan ada PKI, kamu harus berjaga jaga!" tegasku dengan gamblang.Â
"Kamu ini tidak perlu cemas, lagi pula saya pernah diperingatkan akan ada pasukan tertentu di tanggal 20 September tapi itu tidak terjadi, toh," balasnya.
Sial.., ia ini sangat keras kepala.Â
"Jika memang begitu, besok pukul tiga pagi kamu harus ikut dengan saya!" seruku.Â
"Ha? Kenapa pagi-pagi sekali? Hendak ke mana kamu?" tanyanya.Â
"Saya akan membawamu ke tempat dimana saya menghilang selama ini," ujarku membual.Â