Mohon tunggu...
Anggita Zahra_XMIPA5
Anggita Zahra_XMIPA5 Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Pelajar SMA jones yang mencari kebahagiaan lewat ruang imaginasi. Hidup tanpa halusinasi bagai malam tanpa bintang, dapat dijalani namun samasekali tidak berkesan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

G30SPKI dalam Satu Cerpen

7 Januari 2024   16:03 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:06 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun tanpa sengaja aku telah menginjak sebuah genangan air yang tercipta di jalanan. Ku lihat genangan air itu, dan rupanya genangan air itu sudah terisi oleh jentik- jentik nyamuk. Mendadak saja sebuah ide muncul dikepalaku. 

'Iya kali ini pasti akan berhasil' tuturku dalam hati.

Kugunakan ritualku kembali, kali ini aku akan pergi ke tanggal 30 September 1965 pada pukul 03.00 pagi di halaman rumah Haris. Dan inilah hari penentuanku. Aku yakin Haris telah terjaga saat ini. Para PKI akhirnya muncul dan suara tembakan pun terdengar dari luar rumah Haris. Entah siapa yang mereka tembak semoga saja itu bukan Haris. 

Setelah kuperhatikan rupanya Haris sudah kabur dari belakang rumahnya, aku tertegun bukan main. Itu artinya aku telah berhasil menyelamatkan salah seorang Jendral G30SPKI, misiku telah selesai.

Namun tiba-tiba saja aku melihat seorang wanita yang setengah berlari mengikuti Haris sembari menggendong anak balitanya yang telah berlumuran darah hingga mengotori baju si wanita. Astaga..., rupanya yang ditembaki itu bukanlah Haris melainkan seorang balita yang tidak bersalah. Seketika itu kepalaku jadi terasa pening sama seperti sebelumnya dan akhirnya aku tersungkur begitu saja.

(27 Maret 2023, Museum G30SPKI, Jakarta Timur)

Aku mencoba membuka mataku yang terasa begitu berat. 

"Astaga dimana aku sekarang?" gumamku.

Saat itu juga aku tersadar jika saat ini aku telah kembali berada di ruangan museum. 

'Jadi semuanya yang kulalui itu hanya mimpi?' aku bertanya tanya.

Ku lihat ke arah sekelilingku, lukisan Jenderal Nasution yang terpajang di dinding sebelumnya berubah menjadi lukisan seorang anak balita yang mirip dengan wajah anak yang berlumuran darah karena tembakan para PKI di mimpiku sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun