“hahaha oh iya ya, tapi kamu harus istirahat bagaimana Ibuku?”
“Ibumu sudah tidur di sofa”
“oh kenapa tidak pulang saja?”
“hm… Rini memintaku untuk menemaninya, aku sebenarnya ingin pulang hehehe”
“hem begitu, sudah ya Sato sepertinya aku mulai mengantuk”
“oh iya maaf mengganggu malam – malam, habis aku telpon tidak kau angkat”
“hehehe iya tadi aku keasyikan ngobrol”
“sebegitu asiknya kah sampai kau tidak menjawab telpon dariku?” hatiku langsung berdegup kencang mendengar perkataannya itu “bu, bukan begitu aku… aku hanya-“
“yasudah, tidak apa – apa sebaiknya kau beristirahat maaf menelpon malam – malam” komunikasi kampipun terputus, aku merasa sangat sedih dan sangat takut mendengarnya berkata seperti itu aku tidak mengerti apa yang dipikirkannya sungguh aku tidak mengerti, dia menghawatirkan siapa aku atau Rini? Siapa yang lebih penting baginya aku tidak paham sungguh tidak paham, karena tidak ingin begitu pusing memikirkannya akupun langsung tidur, paginya aku berlari pagi bersama kakakku di hari minggu benar – benar kulakukan dengan olahraga membersihkan rumah setelah semua selesai aku pergi ke rumah sakit tentu saja aku membawakan makanan untuk Rini dan pakaian ganti untuk Sato dan Ibu “apaan ini Yuri masa hanya Rini saja yang dibuatkan makanan untukku mana” celetuk Sato “kau kan bisa beli sendiri”
“tapi Ibumu belum makan dari semalam Yuri… kau ini” lalu aku melihat Ibu ia terlihat sangat lelah aku heran kenapa Ibu dan Sato menjaga Rini sampai seperti itu padahal kan ada orang tuanya Rini. “aku pergi sebentar, aku mau beli makanan buat kalian lagipula aku hanya membuatkan bubur saja” Sato melihatku dan berkata “apa mau kutemani?”
“tidak usah kau jaga Ibuku saja biar aku pergi sendiri” aku pergi ke warung makan dan membelikan daging dan nasi lalu aku kembali ke rumah sakit “ternyata Ibu sudah bangun rupanya”