“sudahlah, ayo kita pulang, paman dan bibimu pasti khawatir”
Kami berjalan pulang Sato memegangi wajahnya dengan tangannya tiba dirumah paman, bibi menghampiriku dan berkata “Yuri kenapa kamu pulang larut malam?”
“ah tidak apa – apa bi, aku diajak jalan – jalan dengan Sato, banyak hal yang menarik”
“benarkah? Baguslah kalau begitu, Sato terimakasih ya sudah mengajak Yuri jalan – jalan, terimakasih juga sudah mengantarnya pulang”
“iya tidak apa – apa bi”
“mau mampir dulu Sato?”
“tidak bi aku harus pulang, nanti ibu semakin cemas kalau aku pulang larut malam”
“iya terimakasih Sato” lalu aku menghampiri Sato “Sato… terimakasih ya sudah menolongku, aku brhutang budi padamu” “sudah Yuri tidak usah dipikirkan sudah masuk sana hari semakin malam” lalu aku memegang pipi Sato yang memar “AW!” jerit Sato kesakitan “Sato… sebaiknya lukamu diobatin dulu”
“tidak usah nanti aku obatin sendiri” aku tersenyum dan berkata “yasudah kalau begitu termiakasih, oyasumi tetanggaku yang baik” “o-oyasumi”. Sato pun pulang kerumahnya, aku masuk kedalam dan mandi aku jadi kepikiran kata – kata Sato “tempat ini kenangan aku dengan dia” kata – kata itu terngiang – ngiang di otakku tiba – tiba telepon berbunyi, telepon dari ibuku dia menanyakan keadaanku disini kemudian ponselku berbunyi lagi ayahku yang menelpon sama saja dia menanyakan kabarku, aku jadi kepikiran bagaimana keadaan orang tuaku sekarang apa mereka baik – baik saja, sejenak aku melmun lalu ponselku berbunyi lagi ternyata telepon dari Sato “malam Yuri apa kau sudah tidur?”
“belum, aku belum bisa tidur”
“kenapa? Apa karena aku?”