“ooh itu, tidak aku tidak punya” wajah Sato menatapku dengan tajam “a..a.. ada apa Sato mengapa kau melihatku seperti itu?” lalu Sato tersenyum “hm… tidak apa – apa syukurlah kalau begitu”
“hah? Maksudmu?”
“hahaha tidak, tidak apa – apa” lau dia melanjutkan makan lagi dengan senyum yang semeringah, entah mengapa dia terlihat bahagia sekali saat menyantap makanan itu, aku belum pernah melihatnya seperti itu “waaaah enak sekali, terimakasih Yuri atas makanannya” “ah.. iya tidak masalah, mau tambah lagi?”
“tidak, aku sudah kenyang, ohya abis ini ajak aku berkeliling ya aku ingin tahu seperti apa disini”
“iya, nanti aku akan mengajakmu, tapi disini sangat padat, ah maksudku jalanan di Jakarta sangat macet jadi sabar dijalan ya” “kita jalan saja”
“apa kau yakin? Udara di Jakarta tidak bersih saat di Akihabara” “hm… benarkah? Kalau begitu pakai motor saja biar agak cepat besok kan kita sekolah”
“yasudah tapi aku tidak bisa mengendarai motor”
“apa kau pikir aku tidak bisa?”
“bukan begitu.. SIM milikmu kan untuk di Jepang bukan di Indonesia”
“tenang aku sudah mempersiapkannya kok, lagipula jika kau bisa mengendarai motor tentu saja tetap aku yang membawa motor itu” “hahaha Sato dasar kau ini”
“ayo kita pergi!”