Lagi-lagi, sempat-sempatnya saya membayangkan si Jesslyn ini layaknya manusia.
She should've known better.Â
Namun, syukurlah....saya masih waras....karena harus bisa melihat si Jesslyn sebagai kucing di saat itu.
Yang pasti....dengan matanya yang sembab dan pucat... dia berjalan sepelan-pelannya kucing yang sedang menahan sakitnya melahirkan. Untunglah...itu adalah pikiran yang sempat masuk ke pikiran ini.
"Jesslyn, ke mana?"
"Aduuuh, gimana ini?"
Berkecamuk kami berdua.
Akhirnya Jesslyn terhenti langkahnya di lantai depan tepat di depan TV.....lalu merebahkan kepalanya di lantai.
Lunglai.
Suara kecemasan kami berdua mulai meninggi. Stressed-out.
Saya cepat-cepat sibuk ambil tisu basah dan tisu kering. Itu yang terpikir.