"Freya, tolong ambil hape dan bantu Papa, ya. Nyalain flashlight hape untuk bantu Papa ngubur anak kucingnya di depan rumah. Ok?"
Langsung kupakai sarung tangan plastik yang tadi hanya sempat kupegang sebelum Freya nongol.
Langsung kumasuk ke kamar untuk mengangkat jenazah kucing yang sangat imut itu. Ya, kumulai bisa melihat wajah kucing. Tadinya, saya sama sekali tak bisa 100% melihat bahwa itu adalah kucing saking kalutnya diri ini.
Nampak wajahnya yang mungil di bawah lapisan berlendir dan dengan penuh darah.
Karena tak mau mengangkatnya langsung, maka kuangkat semua kain yang ada di bawahnya.
---
Di taman depan rumah.
Gelap.Sepertinya, masih pukul setengah tiga pagi saat itu...atau lebih. Tak ingat. Yang pasti...suara loudspeaker yang meneriakkan suara untuk "memaksa-maksa" sahur belum kudengar.
Saat itulah, baru kusadar bahwa sekopnya tak ada.
Just when I needed it the most, I forgot where I put it.
Baiklah, tak ada sekop, gunting taman pun jadi.