Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sejarawan Arthur Weigall dalam bukunya Paganism in Our Chrisrianity mengatakan :

"Jesus Christ never mentioned such a phenomenon, and nowhere in the New Testament does the word Trinity appear. The idea was only adopted by the Church three hundred years after the death of our Lord".

(Yesus Kristus tidak pernah menyinggung tentang fenomena seperti itu (Trinitas), dan kata Trinitas tidak di temukan dimana pun dalam kitab Perjanjian Baru. Ide ini baru dianut Gereja tiga ratus tahun setelah Yesus tiada)

DeusVult :

Bahan kutipan ini berasal dari buku Should You Believe in Trinity masih dari bagian yang sama dengan dua yang diatas yaitu dari Is It Clearly a Bible Teaching?. -

Pertama-tama, istilah "Trinitas" memang bukan istilah yang ada di Kitab Suci. Namun karena wahyu ilahi tidak hanya bersumber dari Kitab Suci tapi juga dari Tradisi [lisan] Suci (seperti diimani Kitab Suci sendiri di 2 Tes 2:15) maka kalaupun kata "Trinitas" ada di Tradisi maka itu juga merupakan wahyu ilahi. Dan Tradisi Suci dari para Bapa Gereja dan Konsili Gereja menunjukkan bahwa istilah "Trinitas" adalah istilah yang sesuai wahyu ilahi. Tradisi [lisan] Suci memang tidak jarang, bahkan sangat sering, menjadikan penerang bagi Kitab Suci karena kedua-duanya adalah sama-sama berasal dari wahyu Ilahi.

12.a. Analogi "biru telor asin"

DeusVult :

Kita bisa analogikan begini. Warna biru dulu cukup universal. Dahulu laut kita katakan berwarna biru. Telor asin, langit, seragam bawahan anak SMP, kaos home Chelsea juga semuanya dipanggil biru. Tapi kalau semua warna tersebut disejajarkan apakah warnanya benar-benar sama meskipun semuanya disebut biru? Tentu saja tidak. Biru pada laut disebut biru laut. Biru pada telor asin disebut biru telor asin, dan seterusnya. Jadi, seiring dengan berkembangnya jaman, khasanah warna kita semakin luas dan timbul suatu keperluan untuk memberi nama yang berbeda untuk warna yang mirip tapi berbeda.

Begitu juga dengan ajaran Gereja. Sebenarnya Allah mewahyukan suatu warna "biru." Semua orang kala itu, dan bahkan Kitab Suci, mengatakan, "Allah mewahyukan warna biru" titik tanpa lebih spesifik. Namun dengan berlalunya waktu muncul warna-warna lain yang mirip biru, dan bisa disebut biru, TETAPI tidak sama dengan biru yang diwahyukan Allah. Katakanlah biru yang diwahyukan Allah sebenarnya adalah biru yang identik (sama persis) dengan biru pada telor yang mengalami proses pengasinan. Kemudian ada satu orang yang mengatakan bahwa Allah mewahyukan biru yang lain, katakanlah biru Chelsea. Orang lain lagi mengatakan bahwa biru yang diwahyukan Allah adalah biru laut, dst. Nah, Gereja kemudian melakukan tugas yang diamanahkannya untuk memutuskan mana biru yang diwahyukan Allah dengan menggali dari iman para Bapa Gereja yang menjelaskan secara lebih spesifik wahyu ilahi yang tidak dijelaskan secara spesifik di Kitab Suci tersebut. Gereja lalu menetapkan bahwa biru yang diwahyukan Allah tersebut bukan biru Chelsea, atau biru laut atau biru seragam bawahan anak SMP, tetapi biru telor asin. Dan Gereja memformulasikan dalam keputusan tak bisa salahnya, "Biru yang diwahyukan Allah adalah biru telor asin."

Dari analogi ini bisa kita lihat bahwa sebenarnya biru yang diwahyukan Allah, biru yang dipahami umat yang menerima wahyu dan biru yang ditetapkan Gereja adalah biru yang sama. Langkah Gereja menambahkan kata "telor asin" bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan wahyu meskipun dalam Kitab Suci sendiri yang dikatakan hanya "biru" dan bukan "biru telor asin." Tambahan "telor asin" dipergunakan untuk lebih spesifik membedakan atau mengkontraskan apa yang pada jaman saat itu (saat timbul kerancuan biru yang mana yang diwahyukan Allah) diperdebatkan. Tapi, sekali lagi, biru yang dijelaskan Gereja sebagai biru telor asin adalah biru yang sama dengan yang diwahyukan Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun