Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Islam pun mengimani sesuatu yang sama. Islam mengimani bahwa pada tahap pertama Allah memberikan kepada bangsa Israel Taurat/Torah, lalu kemudian kepada Yesus Alah memberikan Injil, setelah itu diberikan Quran (Sura 3:3 - He sent down to you this scripture, truthfully, confirming all previous scriptures, and He sent down the Torah and the Gospel - terjemahan Rashad Khalifa). Bahkan Quran pun dinyatakan selama beberapa periode kepada Moslem, meskipun pengirimannya dilakukan Allah sekaligus ( Sura 17:106 - A Quran that we have released slowly, in order for you to read it to the people over a long period, although we sent it down all at once. - terjemahan Rashad Khalifa).

10.b. Bukti Keilahian Kristus di Perjanjian Lama; Mazmur, buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon]), kitab Nabi-Nabi.

DeusVult :

Namun, meskipun wahyu akan Trinitas belum eksplisit di Perjanjian Lama tidak bisa dikatakan bahwa wahyu mengenai Trinitas tidak ada secara implisit sekalipun di Perjanjian Lama. Berikut akan dibuktikan bahwa salah satu iman akan Trinitas, yaitu bahwa Yesus adalah Allah, ada secara implisit, -bahkan sangat eksplisit bila dilihat dari terang wahyu yang lengkap-, di Perjanjian Lama.

Untuk membuktikan Keilahian Yesus di Perjanjian Lama pertama-tama kita asumsikan bahwa Yesus memang benar-benar Mesiah yang dijanjikan. Asumsi ini mestinya diterima Moslem karena toh Quran mengimani bahwa Yesus adalah sang Mesiah yang dijanjikan juga (Sura 4:157 - And for claiming that they killed the Messiah, Jesus, son of Mary, the messenger of GOD. In fact, they never killed him, they never crucified him - they were made to think that they did. All factions who are disputing in this matter are full of doubt concerning this issue. They possess no knowledge; they only conjecture. For certain, they never killed him. - Terjemahan Rashad Khalifa). Nah, setelah disepakati bahwa Yesus adalah Mesiah, maka segala nubuat tentang Mesiah adalah nubuat yang berkenaan pada Yesus (karena Dia adalah sang Mesiah). Berikut dari Catholic Encyclopedia: Incarnation -

A. Bukti-bukti [Keilahian Yesus Kristus sang Mesiah] di Perjanjian Lama

Bukti-bukti Perjanjian Lama akan Keilahian Yesus mengasumsikan kesaksian bahwa Dia adalah sang Kristus, sang Mesiah (lihat MESIAH). Dengan mengasumsikan bahwa Yesus adalah Kristus, sang Mesiah yang dijanjikan di Perjanjian Lama, [maka] dari kriteria-kriteria [akan sang Mesiah] sudahlah pasti bahwa Dia (sang Mesiah) yang dijanjikan adalah Allah, seorang Pribadi Ilahi dalam artian yang literal, Pribadi kedua dari Trinitas Kudus, Putra dari Bapa, Satu kodrat dengan Bapa dan Roh Kudus. Argumen kami bersifat kumulatif. Teks-teks dari Perjanjian Lama punya bobot sendiri-sendiri; [yang bila] diambil bersama dengan pemenuhan [dari teks-teks tersebut] di Perjanjian Baru, dan dari kesaksian Yesus dan rasul-rasulNya dan GerejaNya, [teks-teks tersebut] akan menghasilkan suatu argumen kumulatif bagi Keilahian Yesus Kristus yang sangat kuat dayanya. Kami menarik bukti-bukti Perjanjian Lama dari Mazmur, buku-buku Sapiential (catatan: buku-buku Sapientials adalah 4 buku hikmat, yaitu Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon]), dan [buku] Nabi-Nabi.

(a) KESAKSIAN DARI MAZMUR

Mazmur 2:7 "Allah berkata kepadaku: Engkau anakKu, hari ini aku memperanakkan engkau." Disini Yahwe, ie. Allah Israel, berbicara akan Mesiah yang dijanjikan. Begitu pula St. Paulus menafsirkan teks tersebut (Ibr., I, 5) sambil membuktikan Keilahian Yesus dari Mazmur. [Muncul] keberatan [yang mengatakan] bahwa disini St. Paulus tidak menafsirkan tapi hanya mengakomodasi Kitab Suci. Dia menerapkan kata yang sama dari Mzm. ii, 7 bagi ke-imam-an (Ibr., v, 5) dan bagi kebangkitan (Kis., xiii, 33) Yesus; tapi hanya secara figuratiflah Bapa memperanakkan sang Mesiah dalam ke-imam-an dan kebangkitan Yesus; dan karenanya hanya dalam artian figuratif-lah Bapa memperanakkan Yesus sebagai putranya. (catatan: bagian yang aku warnai biru ini adalah keberatan yang diajukan oleh mereka yang merasa bahwa di Ibr., i, 5 kutipan akan peranakan Yahwe kepada Yesus di Mazmur hanya bersifat figuratif) Kami menjawab bahwa St. Paulus berbicara secara figuratif dan mengakomodasi Kitab Suci dalam hal ke-imam-an dan kebangkitan tapi tidak dalam hal peranakan abadi Yesus. Seluruh Konteks dari bab tersebut (Ibrani bab 1) menyatakan adanya suatu pertanyaan mengenai realitas ke-anak-an Yesus dan realitas Keilahian Yesus. Di ayat yang sama, St. Paulus mengaplikasikan kepada Kristus kata-kata Yahwe kepada Daud yang adalah type Kristus (catatan: yang dimaksud "type" adalah bayangan paralel. Seperti bagaimana Melkisedek adalah type Kristus, Adam adalah anti-type Kristus, Hawa adalah anti-type Maria dst): "Aku akan menjadi baginya seorang bapa, dan dia akan menjadi bagiKu seorang Putra". (II Sam, vii, 14). Di ayat lebih lanjut, Kristus disebut sebagai anak Bapa yang sulung, dan sebagai obyek adorasi para malaikat; tapi hanya Allah yang [layak menerima] adorasi: "TahtaMu, Oh Allah, adalah selama-lamanya. . . AllahMu, Oh Allah, telah mengurapi engkau" (Mzm. xlv, 7, 8). St Paulus memakaikan kata-kata ini kepada Kristus bagai kepada Anak Allah (Ibr., I, 9). Kita mengikuti pembacaan [manuskrip] Masoretic, "Allahmu, Oh Allah". Pembacaan Septaguinta dan Perjanjian Baru, ho theos, ho theos sou, "Oh Allah, AllahMu", juga bisa diterjemahkan dengan sama. Sehingga disini Kristus disebut Allah dua kali; dan tahtanya, atau pemerintahannya, dikatakan sebagai abadi. Mzm cx, 1: "Tuhan berkata pada tuanku (dalam bhs Ibrani Yahwe berkata kepada Adonai-ku): Duduklah di tangan kananKu". Kristus mengutip teks ini untuk membuktikan bahwa Dia adalah Adonai (sebuah kata Ibrani yang hanya dipergunakan kepada Ilah), yang duduk disebelah kanan Yahwe, [dan Yahwe] selalu berarti Allah Israel yang Agung (Mat., xxii, 44). Di dalam Mazmur yang sama, Yahwe berkata kepada Kristus: "Sebelum fajar, Aku memperanakkanmu" (catatan: ini adalah terjemahan Vulgata, di LBI versinya berbeda). Karena itu Kristus adalah peranakan dari Allah; diperanakkan sebelum dunia ada, dan duduk di tangan kanan Bapa di Surga. Mazmur-mazmur Mesianik lain bisa dikutip untuk menunjukkan kesaksian jelas dari puisi-puisi yang terinspirasi ini akan Keilahian dari Mesiah yang dijanjikan.

KESAKSIAN DARI BUKU-BUKU SAPIENTIAL (KEBIJAKSANAAN) (catatan: yang termasuk buku-buku kebijaksanaan adalah Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon] dan Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon])

Begitu jelas buku-buku Sapiential menggambarkan Hikmat yang tak terciptakan sebagai satu Persona Ilahi yang berbeda dari Persona Pertama (ie. Bapa), hingga para rationalist mencoba mengecoh dan mengklaim bahwa ajaran mengenai Hikmat yang ditulis oleh pengaran buku-buku [Sapiential] tersebut mengambil ide dari filosofis Neo-Platonik yang dari sekolah Aleksandria. Perlu dicatat bahwa bahwa dalam buku-buku [yang ditulis] sebelum buku-buku Sapiential di Perjanjian Lama, Logos yang tidak diciptakan, atau hrema, adalah prinsip aktif dan kreatif dari Yahwe (Lihat Mazmur xxxiii, 4; xxxiii, 6; cix, 89; ciii, 20; Yesaya., xl, 8; lv, 11). Setelah itu sang Logos menjadi sophia, Sabda yang tak terciptakan menjadi Hikmat yang tak terciptakan. Kepada Hikmat di atributkan semua karya penciptaan dan Penyelenggaraan Ilahi (lihat Ayub, xxviii, 12: Amsal., viii and ix; Sirakh., i,1; xxiv, 5 to 12; Kebijaksanaan Solomo., vi, 21; ix, 9). Di Kebijaksanaan Solomo., ix, 1, 2, kita melihat satu contoh yang mengagumkan atas atribusi aktivitas Allah kepada Sabda dan Logos. Pengidentikan Logos pre-Mosaic dengan Hikmat di buku-buku Sapiential dan dengan Logos di tulisan Yohanes penginjil (lihat: Logos) adalah bukti bahwa kecohan para rationalist tidaklah efektif. Hikmat di buku-buku Sapiential dan Logos di tulisan Yohanes penginjil bukanlah perkembangan Aleksandrian dari ide-ide Platonik, tapi adalah perkembangan-perkembangan Ibrani dari Logos atau Sabda yang tak terciptakan dan mencipta di jaman pre-Mosaic.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun