Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

A. Perjanjian Baru

Bukti dari Injil terkulminasi pada perintah pembaptisan di Matius 28:20. Ini menjadi jelas dari narasi para Penginjil bahwa ristus hanya membuat kebenaran agung diketahui oleh para dua belas [rasul] langkah demi langkah. Pertama Dia mengajarkan mereka untuk mengenali dalam diriNya sendiri sang Putra Abadi Allah. Ketika pelayananNya hampir berakhir, Dia menjanjikan bahwa sang Bapa akan mengirimkan Pribadi Ilahi yang lain, sang Roh Kudus, sebagai gantiNya. Pada akhirnya setelah kebangkitanNya, Dia mewahyukan ajaran tersebut secara eksplisit, dengan berpesan kepada mereka "pergi dan ajaralah semua bangsa, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus" (Matius 28:18). Kekuatan dari perikop ini sangat berketetapan. Bahwa "Bapa" dan "Putra" adalah Pribadi yang berbeda dapat disimpulkan dari kalimat itu sendiri, yang [bersifat] mutually exclusive. Penyebutan Roh Kudus dalam seri yang sama, dimana namanya dihubungkan dengan kata penghubung "dan. . . dan" adalah bukti bahwa kita punya seorang Pribadi Ketiga yang ber-koordinasi dengan Bapa dan Putra, dan ini mengecualikan anggapan bahwa para rasul memahami Roh Kudus tidak sebagai pribadi yang berbeda, tapi [para rasul malahan menganggap Roh Kudus] sebagai Allah dipandang dari tindakanNya atas mahkluk-mahkluk

Frase "dalam nama" (eis to onoma) mengkonfirmasi ke-Allah-an dari pribadi-pribadi dan kesatuan mereka dalam kodrat. Diantara para umat Yahudi (ie. penganut Yudaisme) dan dalam Gereja Rasuli, nama Ilahi adalah perwalian dari Allah. Dia yang punya hak untuk menggunakannya (nama Ilahi) diberi kekuasaan yang sangat besar: karena dia bersenjatakan kuasa adikodrati (supernatural) dari dia yang namanya diwakilkan. Adalah sangat menakjubkan bahwa frase "dalam nama" dipergunakan disini, kalau tidak dimaksudkan bahwa semua Pribadi sama-sama Ilahi. Terlebih, penggunaan kata tunggal "nama," dan bukan kata jamak, menunjukkan bahwa Tiga Pribadi ini adalah Satu Allah yang Maha Kuasa yang dipercayai semua Rasul. Dan memang kesatuan Allah adalah satu ciri fundamental dari orang Ibrani dan agama Kristen, dan dikonfirmasi oleh banyak perikop dari Perjanjian Lama dan Baru, sehingga sembarang penjelasan yang tidak konsisten dengan ajaran ini (ie. ajaran akan kesatuan Allah) sama sekali tidak bisa diterima.

Penampakan adikodrati pada pembaptisan oleh Kristus sering ditunjukkan sebagai wahyu akan ajaran Trinitas, yang diberikan pada awal pelayanan [Yesus]. Ini, menurut kami, adalah suatu kekeliruan. Sang Penginjil, memang benar, melihat [peristiwa tersebut] sebagai perwujudan Tiga Pribadi Ilahi. Namun, terlepas dari ajaran Kristus sesudahnya, makna dogmatis dari peristiwa tersebut tidak mungkin dapat dimengerti. Terlebih, narasi Injil terlihat menunjukkan bahwa tidak seorangpun, kecuali Kristus dan sang Pembaptis (ie. Yohanes Pembaptis) melihat Merpati Mistis, dan mendengar suara-suara yang menegaskan ke-Putra-an Ilahi dari sang Mesiah.

Selain perikop-perikop tersebut, banyak lagi dalam Injil, [perikop-perikop] yang mengacu pada satu atau lain [Pribadi] dari Tiga Pribadi Ilahi secara khusus dan dengan jelas menyatakan kepribadian yang terpisah dan Ilahi dari tiap-tiap [Pribadi-pribadi Ilahi tersebut]. Mengenai Pribadi Pertama tidaklah perlu untuk diberikan kutipan khusus: [perikop-perikop] yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra, juga mengkonfirmasi pribadi terpisah dari sang Bapa. Keilahian Kristus juga cukup dinyatakan tidak hanya oleh St. Yohanes, tapi juga oleh penulis Injil Sinoptik. Karena point ini dibahas di tempat lain (lihat YESUS KRISTUS), akan cukup disini untuk menunjukkan beberapa pesan-pesan penting dari para penulis Injil Sinoptik, dimana Kristus memberi kesaksian akan Kodrat IlahiNya.

* Dia menyatakan bahwa Dia akan datang untuk menghakimi semua manusia (Matius 25:31). Dalam theologi Yahudi penghakiman dunia adalah prerogatif yang jelas-jelas Ilahi, dan bukan [prerogatif] Mesianic.

* Dalam perumpamaan tuan tanah kebun Anggur, Dia menggambarkan diriNya sendiri sebagai anak dari pemilik kebun anggur, sementara para nabi, satu dan yang lainnya, diumpamakan sebagai hamba-hamba (Matius 21:33 dst).

* Dia adalah Tuhan dari para Malaikat, [dimana para malaikat ini] melaksanakan perintahNya (Matius 24:31).

* Dia merestui pengakuan Petrus ketika dia (Petrus) mengenaliNya, tidak sebagai Messiah -- sebuah [pengakuan] yang telah lama [diakui] para Rasul - tapi [pengakuan] eksplisit sebagai Putra Allah: dan Dia menyatakan bahwa pengetahuan tersebut adalah karena wahyu khusus dari Bapa (Matius 16:16-17).

* Akhirnya, dihadapan Kaiphas Dia tidak hanya menyatakan diriNya sebagai Mesiah, tapi sebagai jawaban atas pertanyaan kedua yang berbeda, mengkonfirmasi klaimNya sebagai Putra Allah. Dia langsung dinyatakan oleh sang Imam Agung telah bersalah karena menghujat, sebuah tuduhan yang tidak mungkin dikenakan [jika] klaim [Yesus] hanyalah sebagai Mesiah (Lukas 22:66-71).


Kesaksian St. Yohanes lebih eksplisit dari para Penginjil Sinoptik. Dia menyatakan secara jelas bahwa tujuan utama dari Injilnya adalah untuk menyatakan Ke-Ilahi-an Yesus Kristus (Yoh 20:31). Dalam prolog dia mengidentifikasikan Dia dengan sang Sabda, Anak Tunggal Bapa, Yang sejak selamanya ada dengan Allah, Yang adalah Allah (Yoh 1:1-18). Kedekatan sang Putra dalam Bapa dan Sang Bapa dalam Putra dinyatakan dalam kata-kata Kristus kepada St. Philipus: "Tidak percayakah engkau, bahwa aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku?" (14:10), dan di perikop-perikop lain yang tidak kalah eksplisitnya (14:7; 16:15; 17:21;). Kesatuan kuasa Mereka dan tindakan Mereka ditegaskan; "Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Sang Putra" (5:19; cf. 10:38); dan kepada sang Putra, [secara] tidak kurang dari Bapa, dimiliki atribut-atribut Ilahi akan pemberian hidup menurut kehendakNya (5:21). Di 10:29, Kristus secara jelas mengajarkan kesatuan essensiNya dengan Bapa: "Apa yang diberikan BapaKu kepadaKu adalah lebih besar dari segalanya . . . Aku dan Bapa adalah satu." Kata "Apa yang diberikan Bapa kepadaKu," tidak dapat, dengan melihat konteksnya, mempunyai arti lain daripada Nama Ilahi, yang dimiliki dalam kepenuhannya oleh sang Putra sebagaimana juga oleh sang Bapa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun