Pernahkah kau melihat plang bertuliskan "binatu" alih-alih "laundry"?
Atau "griya tawang" daripada "penthouse"?
Atau "lokakarya sehari" dan bukannya "workshop sehari"?
Dan tak pelak lagi, senarainya pun berlanjut.
Nah, kau mengerti bukan yang kurasakan? Aku merasa agak iri dengan bahasa asing itu, seolah dia telah menggeserku sebagai tuan rumah. Aku gusar, tak menjadi tuan di negeriku sendiri. Dan semakin aku geram, tatkala yang menjadikanku begitu ternyata kalian sendiri!
Ketahuilah, wahai para manusia Indonesia yang tengah dirundung tabiat terjajah!
Aku, bahasa Indonesiamu, adalah bahasa yang khas, kaya, kuat, cakap, rinci, cermat dan dapat diandalkan!
Mengapa kalian merasa minder, mengapa rendah diri?
Apa kurangnya aku di matamu?
Kau bahkan berurai air mata saat membaca roman-romanku!
Aku bahkan turut andil mengantarkanmu menjadi seorang dokter, insinyur, arsitek, atau apa pun itu!