Â
Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan setelah kegiatan pembelajaran selesai dan dipandang sebagai komponen tersendiri dalam proses pembelajaran. Filosofi ini mengutamakan penilaian kemampuan unik setiap siswa.[6]
Â
         Meskipun tujuan pembelajaran menurut teori behaviorisme menekankan pada pertumbuhan pengetahuan, namun pembelajaran merupakan kegiatan "mimetic" yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi dan topik menekankan pada keterampilan individu dan akumulasi rangkaian fakta dari bagian-bagian hingga keseluruhan. Karena pembelajaran secara ketat mengikuti urutan kurikulum, kegiatan pembelajaran terutama didasarkan pada buku teks dan buku wajib, dan penekanannya diberikan pada kemampuan mereproduksi isi buku teks dan buku wajib. Pembelajaran dan penilaian berfokus pada hasil pembelajaran. Penilaian berfokus pada respons pasif dan keterampilan individu. Tes kertas dan pensil biasanya dilakukan. Menilai hasil belajar memerlukan jawaban yang benar. Dengan kata lain, jika siswa menjawab ``benar'' sesuai permintaan guru, berarti siswa tersebut telah menyelesaikan tugas belajarnya. Penilaian pembelajaran dianggap sebagai bagian  terpisah dari kegiatan pembelajaran dan biasanya dilakukan setelah  kegiatan pembelajaran selesai. Teori ini fokus pada penilaian kemampuan belajar individu.[7]
Â
   Jadi, tujuan belajar menurut teori behaviorisme adalah membentuk perilaku yang diinginkan dan membuatnya menjadi kebiasaan.
Â
Â
C. Â Kelebihan dan kekurangan teori belajar behaviorisme
Â
- Kelebihan Teori Behaviorisme:[8]
Â