Pada teori behaviorisme, seseorang dianggap telah belajar jika ia telah menunjukkan perubahan dalam kemampuannya sebagai akibat dari hubungan antara stimulus dan respon.[2] Stimulus adalah sesuatu yang dirangsang oleh alat indera dalam proses pembelajaran. Sedangkan respon adalah reaksi dari apa yang telah ia rangsang.Â
Â
   Sebagai contoh, seorang siswa yang belum bisa berhitung. Strategi dan metode yang dipilih menentukan tingkat ketertarikan  bagi seorang siswa untuk belajar sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi pembelajaran. Jika seorang siswa dapat menunjukkan perubahan perilaku dakam belajarnya (bisa berhitung), maka ia dianggap telah belajar. Karena telah menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Â
Para pendiri behaviorisme pada dasarnya berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan banyak perilaku manusia, dan oleh karena itu pembelajaran juga dapat mempengaruhi perilaku.
Â
Pendekatan behavioris ini didasarkan pada sejumlah gagasan yang sebagian bersifat psikologis dan sebagian lagi bersifat filosofis mengenai martabat kodrat manusia, antara lain:[3]
Â
 1. Moralitas pada hakikatnya adalah soal kebaikan versus kejahatan bagi manusia. Manusia mampu bertindak secara moral baik atau salah, baik atau buruk.
Â
Pola tingkah laku yang menjadi ciri khas kepribadiannya dibentuk berdasarkan watak atau keturunan serta melalui interaksi lingkungan dan warisan.