Mohon tunggu...
Kalya Belvana
Kalya Belvana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN KHAS Jember

hai, aku Kalya Belvana Amalia Fawzie. seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri K.H. Ahmad Shiddiq Jember dari program studi manajemen pendidikan islam fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Behaviorisme dan Implementasi dalam Pembelajaran

10 Juni 2024   09:39 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:06 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

 

            Thorndike mendefinisikan belajar sebagai hasil interaksi antara stimulus dan reaksi. Stimulus mencakup ide, emosi, dan pengalaman lain yang dapat dirasakan oleh indra, serta perubahan lingkungan sekitar yang mendorong suatu organisme untuk bereaksi atau mengambil tindakan. Reaksi siswa selama belajar disebut respons, dan bisa berupa gagasan, emosi, atau tindakan fisik (sebagai respons terhadap rangsangan eksternal). Konsekuensinya, perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran mungkin bersifat aktual, dapat diamati, atau tidak spesifik---yaitu, perubahan tersebut mungkin tidak terlihat. Meskipun tidak dapat menjelaskan cara mengukur aktivitas yang tidak dapat diobservasi, behaviorisme mendukung pengukuran. Nama lain dari teori Thorndike adalah teori koneksionis.[27]

 

Menurut teori koneksionisme terobosan Thorndike, pembelajaran didasarkan pada hubungan yang berkembang antara dorongan untuk melakukan (impulse to action) dan kesan yang diperoleh melalui panca indera (sense of impression) .Hal ini menunjukkan bahwa gagasan behavioris, yang juga disebut sebagai behaviorisme saat ini, berpendapat bahwa anak akan belajar jika mereka tertarik dengan masalah yang mereka hadapi. Dalam situasi ini, siswa harus mengadopsi pola pikir bahwa mereka dapat memilih jawaban terbaik dari serangkaian pilihan. Menurut gagasan ini, terdapat hubungan antara pengaruh insentif dan respons perilaku, yang berarti bahwa prospek memperoleh imbalan atau penguatan eksternal mengendalikan perilaku siswa.[28]

 

Menurut teori koneksionis Thorndike, pembelajaran muncul dari hubungan antara dorongan yang berkembang untuk bertindak (impuls to action) dan sensasi panca indera (feeling of impulsion). Hal ini menunjukkan bahwa teori behavioris masa kini yang sering disebut teori behavioris berpendapat bahwa anak akan belajar jika tertarik dengan permasalahan yang dihadapinya. Dalam situasi ini, siswa harus mempunyai sikap yang diperlukan untuk memilih jawaban terbaik dari serangkaian pilihan.

 

Menurut gagasan ini, potensi untuk menerima imbalan atau penguatan eksternal yang berhubungan dengan perilaku yang dihasilkan dari imbalan akan mempengaruhi bagaimana siswa berperilaku.[29]

 

Bentuk pembelajaran yang paling mendasar adalah "trial and error learning atau selecting and connecting lerning", yang terjadi menurut hukum-hukum tertentu. Oleh  karena itu, teori belajar yang dikemukakan  Thorndike  sering disebut  dengan teori belajar koneksionis atau teori asosiatif.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun