Â
Menurut Hull, hubungan antara stimulus dan respons lebih kompleks daripada yang terlihat pada pandangan pertama. Hull menegaskan bahwa proses internal seseorang berdampak pada bagaimana rangsangan dan respons berinteraksi. Kami menyebut prosedur ini sebagai variabel intervening. Hull menggunakan rasa haus sebagai ilustrasi variabel intervening. Hull mengklaim bahwa hewan-hewan tersebut diberi makanan asin atau dibiarkan tanpa air untuk waktu yang lama. Keadaan ini merupakan variabel bebas atau masukan. Hal ini akan menimbulkan sensasi haus. Hewan kemudian akan melakukan berbagai perilaku, seperti mencari air atau bahkan berusaha keras untuk mendapatkannya, guna menghilangkan dahaga.
Â
-       Teori belajar Hull merupakan teori drive reduction atau reduksi stimulus dorongan. Menurut Hull, belajar melibatkan tentang penggerak yang dapat direduksi. Sulit membayangkan bahwa reduksi dorongan primer  dapat berperan dalam pembelajaran di kelas, namun Janet Taylor Spence (pengikut Hull) mengemukakan bahwa rasa takut adalah salah satu impuls utama dalam proses pembelajaran manusia. Berdasarkan alasan tersebut, mengurangi kecemasan  siswa merupakan prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran di kelas. namun tingkat kecemasan juga harus diperhatikan. Rasa takut yang terlalu sedikit  tidak akan mengarah pada proses belajar (karena motivasi akan berkurang), dan rasa takut yang  terlalu besar juga akan mengganggu proses belajar. Oleh karena itu, siswa dengan kecemasan ringan berada pada posisi  terbaik untuk belajar dan  lebih mudah untuk diajar.[34]
- Â
- Â Â Â Â Â Â Teori Hull ini mengacu pada tingkatan kecemasan yang ringan karena, menurut Hull Tingkat kecemasan yang ringan adalah posisi terbaik seorang pelajar untuk menempuh proses pembelajaran.
- Â
- Â
- Penerapan teori behavioristik dalam pembelajaranÂ
- Â
- Â Â Â Â Â Â Karena teori belajar behavioristik memandang belajar sebagai latihan pengembangan keterkaitan antara stimulus dan respon sehingga berdampak pada kesulitan belajar. Siswa akan bereaksi dan merespon rangsangan ketika diberikan. Kebiasaan belajar otomatis muncul dari korelasi antara rangsangan dan tanggapan. Akibatnya, anak-anak berperilaku dengan cara tertentu sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu.
- Â
- Â Â Â Â Â Â Sejumlah faktor antara lain tujuan pembelajaran, isi mata pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan, mempengaruhi bagaimana teori behavioris diterapkan dalam kegiatan pendidikan. Siswa biasanya diarahkan untuk berpikir melalui teori pembelajaran behavioristik. Menurut teori belajar behavioris, belajar adalah proses pembentukan yang melibatkan tekanan pada anak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga menghalangi mereka untuk menjadi inovatif dan kreatif.
Â
                  Dan menurut teori belajar behavioristik, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, sedangkan mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu, diharapkan siswa dapat memahami materi yang diajarkan dengan cara yang sama. Artinya, siswa perlu memahami apa yang dijelaskan guru. Dalam teori pembelajaran behavioristik, respons berfungsi sebagai masukan dan keluaran.
Â
 Gagasan ini menyatakan bahwa karena stimulus dan respons tidak dapat dilihat atau diukur, maka keduanya tidak relevan. Itu hanya menyisakan rangsangan dan respons yang terlihat. Jadi, untuk melacak perubahan perilaku, segala sesuatu yang diberikan guru dan segala sesuatu yang dihasilkan siswa harus dapat diamati dan diukur.
Â
 Elemen penguatan merupakan komponen penting dalam teori pembelajaran behavioristik. Menurut definisinya, segala sesuatu yang dapat membuat respons lebih mungkin berkembang dianggap sebagai penguatan. Siswa memiliki pengalaman yang sama dengan penguatan, namun perbedaan dalam keadaan emosi mereka menentang penjelasan behavioris. Dua anak dengan bakat dan pengalaman yang relatif sama tidak dapat dijelaskan dengan perspektif behavioristik. Berdasarkan keterampilannya, kedua anak tersebut berperilaku dan bereaksi berbeda ketika memahami suatu pelajaran. Akibatnya, teori pembelajaran behavioristik hanya mengakui adanya rangsangan dan tanggapan yang dapat diamati. Pengaruh ide atau emosi yang menghubungkan unsur-unsur yang diamati diabaikan oleh teori pembelajaran behavioristik.
Â
- Â
- Â
- Beberapa faktor, yakni tujuan pembelajaran, isi topik, karakteristik siswa, media, dan fasilitas yang tersedia mempengaruhi bagaimana teori behavioristik diterapkan dalam kegiatan pendidikan.
- Â
- Secara teoritis dan praktis, behaviorisme berpendapat bahwa pengetahuan itu pasti, obyektif, tidak berubah, dan tetap. Pengorganisasian pengetahuan sedemikian rupa sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah penyampaian pengetahuan kepada siswa atau pembelajar. Tujuan dari proses berpikir yang dianalisis dan disortir adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, makna yang muncul dari proses berpikir tersebut ditentukan oleh ciri-ciri struktur pengetahuan. Diharapkan peserta didik dapat memahami materi yang sama seperti yang diajarkan.
- Â
- Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran berdasarkan teori sebagai berikut:[35]
- Â
- Menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran.
- Â
- Periksa suasana kelas dan tentukan pengetahuan awal apa yang dimiliki siswa.
- Â
- Pilih sumber daya Pendidikan (materi).
- Â
- Klasifikasikan materi menjadi beberapa bagian, misalnya mata pelajaran, pokok bahasan, subtopik, dan lain sebagainya.
- Â
- Â Menampilkan ilmu.
- Â
- Berikan stimulus kepada siswa.
- Â
- Periksa dan amati tanggapan anak-anak.
- Â
- Berikan masukan yang konstruktif dan kritis.
- Â
- Memberikan stimulus secara berulang-ulang.
- Â
- Perhatikan dan periksa jawaban anak-anak.
- Â
- Beri penguatan (motivasi).
- Â
- Menilai prestasi pendidikan siswa (evaluasi siswa).
Â