Â
"Hmm..." Ki Seladharma hanya menyahut singkat.
"Ndara tidak mau ikut minum? Ndara Putri Sumirah juga tampaknya masih berduka, walau sudah mau berbaur dan berbincang dengan ibu-ibu yang lain." Ujar Karta. Sumirah adalah istri Ki Seladharma.
"Kalian saja yang minum, aku sedang tidak ingin." Jawab Ki Seladharma. "Aku senang, istriku sudah terlihat lebih baik. Sejak kemarin ia tidak mau bicara."
Â
"Nyuwun pangapura (Mohon maaf), Ndara. Bagaimana soal... Jaka Pening?" Tanya Karta tiba-tiba. "Ndara tidak ingin memakamkannya juga, bagaimana pun dia anak Ndara juga bukan?"
Â
Ki Seladharma menatapnya tajam. Namun kemudian tersenyum sinis.
Â
"Apa peduliku dengan anak sial itu? Aku tidak sudi punya anak penyakitan dan pembawa sial seperti dia." Ucapnya dingin dan datar. "Lagipula... belum tentu juga dia anakku. Apa kalian lupa? Karta dan Sujiman, kalian juga ikut menodai Ginarsih setelah aku yang melakukannya. Bisa saja anak itu dari benih kalian."
"Maaf, Ndara." Ucap Karta.