Â
Wajahnya menyiratkan luka, matanya sembab. Menatap semua orang termasuk Ki Seladharma untuk terakhir kalinya. Dan menangis pula untuk terakhir kalinya.
Â
"Ibu... aku datang." Bathinnya. "Jemput aku, Ibu."
Â
      Begitulah lembaran itu akhirnya terselesaikan. Anak yang malang sejak kelahirannya itu, akhirnya menemukan kebebasannya dari apa yang memberatinya selama ini. Kini Jaka Pening menutup mata selama-lamanya, di tangan manusia-manusia biadab yang menumpahkan semua kesalahan dan kesialan kepadanya. Sejatinya bukan dunia yang tidak adil, namun manusialah yang membuat semuanya demikian. Namun hukum dan kesewenang-wenangan manusia tiada berarti di hadapan Yang Maha Tinggi, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Kuasa. Keadilan-Nya ada di atas segalanya.
Â
Semua manusia sejatinya menginginkan kebahagiaan dalam hidup ini. Namun terkadang, kebahagiaan hanya datang pada saat batas yang telah ditentukan. Yaitu... kematian.Â
Â
"Heeaaaakhhh....!!" Ki Seladharma yang kalap menghunjamkan kerisnya ke bebatuan besar di hadapannya itu. Namun...
Â