Mohon tunggu...
Fawwaz Andhika
Fawwaz Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Suka menulis dan membaca, mendengarkan musik, dan menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rakyat: Baru Klinthing (Legenda Rawa Pening)

6 April 2024   16:10 Diperbarui: 10 April 2024   06:19 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Seladharma menatap jasad Jaka Pening yang masih ada di sana, di dekat bebatuan tempatnya jatuh. Matanya tampak berkaca-kaca, namun ia sendiri tak tahu apa yang ia rasakan. Ia berusaha menepis perasaannya.

 

"Biarkan saja! Biar jasadnya dimakan binatang buas." Ucapnya.

 

^^^^^^^

 

            Dua hari telah berlalu sejak peristiwa yang menggemparkan Desa Pathok itu. Ada kesedihan, dan ada kesenangan keduanya seperti gelap dan terang berdampingan. Ratapan dan tangisan masih terasa atas orang-orang tua yang kehilangan anak-anak mereka. Tak terkecuali Ki Seladharma dan istrinya yang kehilangan kedua anak pertamanya. Namun kehidupan di desa itu tetap berjalan. Sebagaimana yang diucapkan Ki Seladharma, mereka mengadakan pesta besar di pendapa desa. Daging yang mereka dapatkan itu dimasak dan dimakan bersama-sama. Daging itu terlalu banyak untuk dihabiskan dalam dua hari oleh penduduk desa. Pesta itu juga dimeriahkan dengan musik gamelan, tarian, dan tembang-tembang sukacita. Ada pula pertunjukan wayang kulit. Orang dewasa, anak-anak, pria, wanita, tua, muda. Semuanya bersukacita menikmati pesta.

 

Ki Seladharma berdiri di depan tangga pendapa. Tatapannya datar. Kedua anak buah setianya menghampirinya. Karta dan Sujiman.

 

"Pestanya sangat meriah, Ndara." Kata Sujiman. Bandara (dibaca: bendoro) adalah panggilan untuk orang terhormat terutama bangsawan di Jawa. Keluarga Seladharma memang terkenal sebagai juragan terkaya di desanya. Memiliki rumah mewah, tanah, sawah dan perkebunan di mana-mana. Tak seorang pun berani mencari masalah dengan keluarga tersebut. Dan tidak sedikit warga desa yang mencari muka dengannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun