Mohon tunggu...
Fawwaz Andhika
Fawwaz Andhika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Suka menulis dan membaca, mendengarkan musik, dan menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Rakyat: Baru Klinthing (Legenda Rawa Pening)

6 April 2024   16:10 Diperbarui: 10 April 2024   06:19 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Tanah di sekitar mereka mendadak bergetar hebat. Bumi seakan mengamuk. Tanah-tanah itu terkikis mengeluarkan air. Semua orang panik luar biasa, berteriak dan berlarian ke sana ke mari menyelamatkan diri. Begitu pula orang-orang di dalam gedung. Ki Seladharma bersama istri dan anaknya keluar dari gedung pendapa. Pesta menjadi kacau balau.

 

            Baru Klinthing dalam tubuh Jaka Pening masih berdiri tegak di tempatnya. Tersenyum kejam menatap semua orang. Kedua matanya berkilat tajam, memancarkan cahaya kekuningan. Taring dan lidahnya memanjang sebagaimana ular naga, menatap Ki Seladharma dari kejauhan yang juga menatapnya. Baru Klinthing mengeluarkan kekuatannya, seluruh desa di lembah itu dihujani api. Begitu pula rumah dukun Ki Balapati di Desa Wingit yang sekarang panik rumahnya kebakaran. Ia pun tak sempat menyelamatkan diri. Semua tanah di lembah itu terkikis, air membanjiri semuanya dan semakin tinggi. 

            Baru Klinthing akhirnya kembali ke wujud aslinya, seekor ular naga raksasa yang sangat mengerikan. Suaranya mendesis menyeramkan. Orang-orang yang melihatnya hampir mati ketakutan.

 

            Baru Klinthing dalam wujud naganya terbang di langit-langit. Menatap kehancuran itu secara perlahan, pasti. Semuanya hancur, tenggelam tak bersisa. Suara teriakan dan tangisan terdengar bersahut-sahutan, lama-kelamaan hilang ditelan air bah. Banjir itu menenggelamkan rumah bahkan pohon kelapa yang paling tinggi. Tak seorang pun dari mereka yang selamat, selain Nyi Latung nenek baik hati itu. Nyi Latung yang sudah bersiap kini berperahu dengan lesung padinya, mendayung dengan pemukul padi dan centong nasinya. Ia hanya bisa menatap sedih semua warga desanya yang tidak selamat. 

Begitu hebatnya kesombongan menenggelamkan manusia sampai pada ajalnya...

 

            Konon, sampai hari ini ular naga Baru Klinthing masih menghuni tempat yang kini menjadi danau besar berair bening itu. Danau itu di kemudian hari dikenal sebagai "Rawa Pening", terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Panjangnya melintasi Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Melintasi Gunung Telomoyo, Ungaran, hingga Merbabu. Sungguh suatu jalan dan pelajaran dalam hidup, bahwa kesombongan manusia tidak berarti di hadapan Yang Maha Kuasa. Demikianlah, kisah Baru Klinthing dan perjalanannya.~

sumber gambar: pinterest
sumber gambar: pinterest

Cerita oleh: Fawwaz Andhika Yılmaz 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun