Â
"Apa yang harus Ananda lakukan, Romo?" Tanya Baru Klinthing penuh penyesalan.
Â
"Menjauhlah dari tempat ini! Pergilah ke Gunung Telomoyo, dan bertapalah di sana sampai pada waktu yang tidak ditentukan. Kau harus bertapa dengan melingkari Gunung Telomoyo dengan tubuhmu yang besar dan panjang itu, hingga kepala dan ekormu menyatu. Kelak akan ada waktunya, kau mendapatkan wujud manusia."
Â
"Ananda siap menjalankan titah Romo."
Â
      Dan begitulah jalannya. Baru Klinthing mematuhi perintah sang romo, demi menebus dosa dan menunjukkan baktinya. Ia bertapa dengan melingkarkan tubuhnya di Gunung Telomoyo. Namun perut gunung itu terlalu besar, tak cukup untuk mempertemukan kepala dengan ekornya. Baru Klinthing akhirnya menjulurkan lidahnya yang panjang menyentuh ekornya.Â
      Ki Ageng Mangir merapal mantra, dan mengarahkan tangannya memotong lidah Baru Klinthing dengan kekuatannya, tanpa Baru Klinthing merasakan sakit sama sekali. Lidah itu menjelma menjadi sebuah tombak pusaka sakti. Ki Ageng Mangir membawa tombak pusaka itu yang ia beri nama "Tombak Kiai Baru Klinthing". Baru Klinthing cukup senang, setidaknya bagian tubuhnya bermanfaat bagi ayahnya. Sesuai perintah ayahnya, Baru Klinthing tetap meneruskan pertapaan sampai kelak menjadi manusia. Dan Tombak Kiai Baru Klinthing itu dibawa oleh Ki Ageng Mangir ke Mataram. Konon, tombak itu sama saktinya dengan "Tombak Kiai Pleret" milik Panembahan Senapati.
Â
~~~~~