Â
      Sampailah saat Endang Sawitri melahirkan. Ia dibantu keluarganya. Endang Sawitri melahirkan dengan selamat. Namun alangkah terkejutnya mereka sekeluarga, karena bayi yang lahir bukanlah manusia. Melainkan seekor ular naga kecil, warnanya keemasan. Mereka tak berani berkomentar apa-apa, sebab mereka sudah tahu kalau bayi naga itu adalah penjelmaan dari penunggu pusaka Ki Ageng Mangir yang masuk ke rahim Endang Sawitri. Endang Sawitri tetap merawat dan menyusui bayi naga itu dengan penuh kasih sayang. Naga itu tampak sangat jinak dengan ibunya. Seluruh warga desa yang mengetahui hal itu juga tidak berani berkata apa-apa.Â
      Semakin hari bayi naga itu tumbuh besar. Ajaibnya, ia bisa bicara layaknya manusia, layaknya anak laki-laki. Endang Sawitri memberinya nama "Baru Klinthing". Baru diambil dari kata "bra", artinya orang yang berkedudukan tinggi. Sedangkan klinthing berarti lonceng. Lonceng merupakan lambang langit atau kebijaksanaan.
Â
      Suatu hari, Baru Klinthing melihat ibunya bersedih. Rupanya Endang Sawitri merindukan suaminya, Ki Ageng Mangir. Baru Klinthing pun mohon izin kepada biyungnya, untuk menyusul romonya ke Gunung Merbabu. Meski semula ragu dan berat hati, Endang Sawitri akhirnya mengizinkan anaknya pergi menemui ayahnya. Baru Klinthing menyadari bahwa ia terlahir dengan kesaktian luar biasa. Meski tanpa sayap, ia mampu terbang menyusuri langit untuk mencari ayahnya. Namun kekuatannya belum tumbuh sepenuhnya. Baru Klinthing menceburkan dirinya ke dalam Kali Progo. Mencoba melewati jalan air. Tanpa ia duga, kekuatannya menjadi berlipat-lipat saat tubuhnya menyentuh air sungai. Baru Klinthing keluar dari sungai dengan perubahan luar biasa. Ia menjadi naga raksasa yang sangat kuat dan mengerikan. Sisiknya keemasan, bertanduk, bergigi runcing. Matanya seperti sepasang matahari. Suaranya menggelegar, pergerakannya mengguncang setiap tempat.
Â
      Baru Klinting kini menjadi kelaparan. Jika biasanya ia makan telur atau ayam dan bebek hidup, kali ini napsu makannya tidak terkendali. Hawa jahat dan haus darah merasuki dirinya, keganasannya. Baru Klinthing kini mulai memangsa manusia yang ia temui di sekitar Kali Progo. Tukang sampan di kali itu pun bernasib malang, menjadi santapannya. Semua  orang ketakutan melihatnya. Baru Klinthing kini menjadi petaka di kawasan Mataram. Sampailah hal itu dalam penerawangan Ki Ageng Mangir Wanabaya di pertapaannya. Ki Ageng Mangir tahu, Baru Klinthing adalah penjelmaan keris pusakanya yang merasuk ke dalam perut Endang Sawitri. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, Panembahan Senapati takkan segan mengincar kepala Ki Ageng Mangir karena dianggap gembongnya perusuh. Semua orang tahu Endang Sawitri adalah istri Ki Ageng Mangir Wanabaya.
Â
      Sampailah Baru Klinthing di kaki Merbabu. Ki Ageng Mangir telah berdiri tegak menunggunya sambil memegang tongkatnya. Wajahnya dingin, namun tetap tampak berwibawa, seakan mampu menggenggam waktu dengan ketenangannya. Auranya memancar begitu kuat. Baru Klinthing langsung bisa merasakan aura itu. Ia pun menjatuhkan dirinya, bersujud sembah kepada sang romo. Dalam ketenangannya, Ki Ageng Mangir sebetulnya sangat murka mengetahui Baru Klinthing telah memangsa manusia. Membuat keributan dan ketakutan mengerikan di seantero Mataram.
Â
"Baru Klinthing, jika kau ingin aku akui sebagai putraku... maka tunjukkanlah baktimu sekarang. Kau harus menebus dosamu karena telah membunuh manusia-manusia yang tidak bersalah." Ucap Ki Ageng Mangir penuh penekanan.