Â
      Demikianlah, kisah dari Baru Klinthing itu sendiri. Selama beberapa tahun ia bertapa melingkari Gunung Telomoyo itu, hingga hari ini ia hidup kembali sebagai anak manusia yang tampan, melalui tubuh Jaka Pening yang telah tiada. Baru Klinthing cukup senang dengan tubuh barunya. Kini ia mulai meninggalkan hutan, berjalan menuju pedesaan yang terletak di lembah, di lereng Gunung Telomoyo ini. Menuju Desa Pathok yang terdekat dengannya sekarang, bersebelahan dengan Desa Wingit.Â
       Hatinya masih merasa teriris saat penerawangannya menangkap ingatan Jaka Pening semasa hidupnya. Baik Desa Wingit maupun Desa Pathok, penduduknya begitu kejam dan angkuh. Baik yang kaya maupun yang miskin, semua sama saja. Egois dan tinggi hati. Apa yang harus Baru Klinthing lakukan sekarang? Ia kurang yakin. Namun sekarang ia memutuskan turun ke desa, mulai berbaur dengan kehidupan manusia. Baru Klinthing melihat kerumunan pesta di pendapa desa. Dan sekarang ia kelaparan.
Â
"Hei orang asing! Siapa kamu? Mau apa kamu ke sini?" Hardik Sujiman saat Baru Klinthing berniat masuk ke gedung pendapa.
Â
"Aku Jaka Pening, Tuan. Tuan tidak mengenalku?" Kata Baru Klinthing. "Aku anak yang kemarin menunjukkan goa itu kepada kalian. Lalu kalian meninggalkanku begitu saja dalam keadaan pingsan."
Â
Semua orang terkejut.
Â
"Jangan bohong! Jaka Pening sudah mati, kalau pun selamat dia tidak mungkin kembali dalam keadaan sehat secepat ini." Ucap Karta tidak percaya.