“Tentu saja. karena kaulah yang berada di tengah-tengah. Kaulah yang menjadi pusat dalam pusaran ini.” jawab Nada gusar.
“Aku akan tetap bersikap seperti biasanya. Menjalani rutinitas seperti biasanya.” Kata Clara.
“Kau benar-benar egois, Clara!” teriak Nada. Clara memandangnya kaget. Tidak pernah sebelumnya dia lihat Nada bersikap sekasar ini.
“Kau tahu bagaimana aku melalui hari-hariku setelah pernikahanmu? Apakah kau tahu bagaimana aku selalu berusaha untuk tetap waras? Kau tahu apa saja yang ingin aku lakukan untuk menghilangkan rasa patah hatiku ini? apa kau tahu?!”
“Nada.. aku..”
“Diam! Kau tidak pernah tahu, Clara. Tidak akan pernah tahu! Karena kau terlampau egois!”
“Nada.. kumohon berhentilah.” Pinta Clara. Air matanya makin menderas.
“Berhenti menangis, Clara! Harusnya aku yang menangis, bukan kau!” sahut Nada sambil membuang muka.
“Nada.. harusnya kau paham dengan posisi kita. Harusnya kamu menyadari siapa kita.”
“Apa yang harus kupahami? Aku hanya tahu kalau aku mencintaimu. Tapi apa yang kudapatkan? Saat aku ingin berusaha untuk bangkit, lalu malah datang dengan air matamu itu.”
“Maafkan aku.. aku akan pergi menjauh dari kehidupanmu agar kau bisa hidup dengan lebih lega. Aku berjanji.”