“Aku? Entahlah. Sudah ada seseorang yang memintaku untuk menjadi istrinya. Tapi entah kenapa aku belum berani untuk menjawabnya. Bukan karena aku tidak menyukainya. Hanya saja, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku yang aku tidak tahu itu apa.” Jawab Clara dengan suara lirih. Matanya menatap jemarinya sendiri seolah-olah jemari itu sudah berubah bentuk.
“Apakah aku mengenalnya?” desak Nada.
“Aku tidak ingin membahas itu, Nada. Kumohon berhentilah.” Nada hanya mengangkat bahunya.
“Jadi,” sambung Clara, “Apa yang kurang dari sosok Bass?”
“Yang kurang? Entahlah. Aku belum begitu mengenalnya. Sekilas pandang, memang dia sosok yang sanggup membuat jantung tiap gadis merasa berdesir. Dia juga cukup perhatian, baik, dan hangat.”
“Dan kau sendiri?”
“Aku bukan termasuk dalam deretan gadis-gadis itu.” Jawab Nada sambil tertawa.
“Ooh..”
“Kau tidak ingin tahu seperti apa seleraku?” pancing Nada.
“Memangnya yang seperti apa?” Clara tiba-tiba merasa penasaran. Hatinya tertarik. Perlahan dia mendekat ke arah Nada berdiri. Tapi sudah begitu lama menunggu, Nada masih juga bungkam. Clara mengerutkan dahinya.
“Jadi yang seperti apa?” tanyanya sekali lagi. Nada tiba-tiba memandangnya dalam. Perlahan dia makin merapat ke arah Clara. Clara bagai tersihir memandang mata Nada yang indah dan dalam itu. Dengan perlahan, Nada membisikkan ke telinga Clara.