“Karena yang kuinginkan adalah.. Clara Notoaksara.”
Terkesiap Clara mendengar jawaban yang tidak pernah dia duga itu. Dia pandangi mata Nada seperti hendak mencari sesuatu. Dia berharap Nada tertawa setelah berbicara seperti barusan. Tapi kenyataan Nada tetap bungkam seolah yang dia ucapkan barusan adalah yang sebenarnya.
“Kau..” belum habis Clara berbicara, Nada sudah mengunci mulut Clara dengan bibirnya. Tergetar tubuh Clara. Dia pun mulai berontak. Kakinya mundur beberapa langkah. Namun ternyata Nada tetap mengejarnya dan akhirnya dia terbentur dinding yang berada di belakangnya. Dengan kecupan lembut yang makin lama makin mengganas, Nada melumat bibir Clara. Clara merasa dadanya sesak karena tak bisa bernafas. Dia dorong tubuh Nada.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Clara dengan nada gemetar. Air matanya perlahan jatuh, makin lama makin menderas.
“Aku..” jawab Nada sambil melangkahkan kakinya mendekati Clara.
“Berhenti!” bentak Clara dengan suara parau. Didekapnya mulut sendiri. Tubuhnya tiba-tiba merosot ke lantai. Bahunya terguncang-guncang akibat tangisannya. Nada merasa bersalah. Perlahan dia mendekati Clara. Dia belai rambutnya yang hitam legam itu dengan tangan gemetar.
“Maafkan aku, Clara. Maafkan aku..” Nada pun ikut menangis. Dia meruntuki dirinya sendiri kenapa tidak bisa mengendalikan diri. Kini, dia menyesal. Benar-benar menyesal. Bayangan akan dijauhi Clara tiba-tiba bercokol di depan matanya. Tiba-tiba ada yang terasa terenggut dari jiwanya.
“Clara, kumohon jangan menjauhiku. Aku.. aku pasti tidak akan tahan. Kumohon.. aku berjanji akan menahan diri. Tapi aku memohon dengan sungguh-sungguh, jangan kau menjauhiku.” Tangis Nada kian menderas sedangkan tangisan Clara tiba-tiba saja terhenti.
“Apakah kau benar-benar menyukaiku?”
“Aku mencintaimu, Clara.. dan tak akan bisa kehilanganmu.”
ϙϙϙ