ϙϙϙ
Suara sirine ambulance terdengar meraung-meraung membelah jalanan. Banyak kendaraan menyingkir memberi jalan. Johan yang setengah mengantuk jadi tersentak demi mendengar suara raungan itu. Tidak dipedulikannya ambulance itu. Pikirannya hanya ingin segera sampai di tempat tujuan.
Berulang kali dihubunginya handphone Clara tapi tetap tidak aktif. Apa jangan-jangan handphonenya mati dan Clara tidak tahu? Pikir Johan heran. Tak biasanya handphone Clara mati saat mereka sedang janjian bertemu di luar. Tiba-tiba perasaannya jadi tak enak. Belum habis satu menit berlalu, handphone tiba-tiba berdering. Nomor asing.
“Halo..”
“Johan, ini Nada.” Sahut suara Nada dengan suara parau. Ada apa?
“Yaa. Ada apa dengan suaramu?” Tanya Johan heran.
“Clara kecelakaan.”
“Apa?!”
ϙϙϙ
Dengan langkah setengah berlari Johan membelah lorong rumah sakit. Wajahnya menyiratkan rasa khawatir yang sangat. Hatinya benar-benar merasa takut. Sangat-sangat takut. Begitu berada di sekitar ICU, dia segera memburu kamar tempat Clara dirawat. Dengan langkah perlahan, dibukanya pintu tapi seketika itu juga jantungnya hampir berhenti.
Apa yang dilihatnya benar-benar tidak ingin dia percayai. Timbul berbagai perasaan yang bercolok: ada geram, ada kecewa, ada cemburu.. Clara sedang terbaring tak sadarkan diri dengan selang-selang mengelilinginya. Wajahnya terlihat pucat seperti tidak dialiri darah saja. tapi.. ternyata Nada sedang berada di samping kanannya dan sedang mencium bibir Clara. Wajah gadis itu penuh dengan derai airmata. Jemari lentiknya tampak menggenggam jemari Clara. Johan terpaku di tempatnya tak berkutik. Rasanya, ingin sekali dia menarik Nada. Tapi mengingat dia sedang berada di mana, niatnya itu dia urungkan.