“Apa? Kamu mau jadi sahabatnya?!” Tanya Johan heran sambil memandang Nada takjub.
“Memangnya kenapa?” Tanya Nada ikut heran.
“Dia lebih sering bertengkarnya daripada akur dengan teman-teman perempuannya.” Jawab Johan gegetun.
“Kenapa bisa begitu?” Tanya Nada makin penasaran. Diliriknya wajah cuek Clara hingga membuatnya merasa geli.
“Itu karena sifat blak-blakannya yang keterlaluan. Hampir setiap apa saja yang tidak berkenan di hatinya, selalu dia komentari. Lagaknya persis seperti seorang kritikus sastra saja.”
“Hey! Kalau aku tidak seperti itu, mana bisa aku bisa membuat novel yang selalu best seller?” jengek Clara.
“Tapi kan sudah berulang kali aku katakan, kalau berteman dengan perempuan kau harus lebih halus. Jangan samakan dengan berteman dengan laki-laki.”
“Aaagh.. itu karena mereka lemah saja. baru dikomentari soal bajunya saja langsung nangis, ngambek.” Sahut Clara ketus. Nada tertawa terbahak.
“Kamu benar-benar unik, Clara!” puji Nada.
“Tidak usah mencelaku begitu.”
“Penggunaan kataku biarpun sama dengan yang Johan gunakan tapi punya makna berbeda.”