“Mau aku buatkan cokelat hangat?”
“Boleh.”
“Jadi, apa kau punya saudara?” Tanya Nada.
“Aku anak tunggal.” Jawab Clara dengan suara gamang.
“Kerabatmu yang lain, apa tidak ada?”
“Aku jarang berhubungan dengan mereka. Sejak kecil, aku ikut ayahku ke Perancis. Ibuku meninggal saat melahirkanku.” Cerita Clara dengan nada sedih. Airmatanya pun jatuh bergugur, membuat Nada makin tak enak. Tapi dia pun ingin lebih tahu tentang kehidupan penulis muda ini. jadi toh cepat atau lambat dia tetap harus bertanya juga.
“Maafkan aku jika benar-benar kurang sopan, Clara. Aku.. aku.. hanya sedikit terobsesi dengan dirimu. Maafkan aku jika terlalu banyak bertanya.” Kata Nada perlahan sambil memeluk Clara hangat. Clara hanya menggeleng pelan tapi air matanya tetap saja keluar tanpa berniat untuk menghapusnya.
“Sudah. Jangan menangis lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan menemanimu. Aku akan selalu ada untukmu. Aku berjanji.” Kata Nada sambil menghapus air mata Clara dengan tissue.
“Terima kasih. Tapi itu tidak perlu.”sahut Clara sungkan sambil tersenyum lemah. Dia tidak ingin dikasihani. Selama ini hanya ada seorang yang tahu tentang kehidupannya, yaitu Johan. Dan sekarang bertambah satu orang lagi, yakni Nada.
“Tidak. Kumohon jangan menolakku. Aku bersungguh-sungguh.” Pinta Nada.
“Tapi kau kan punya kehidupanmu sendiri. Aku tidak ingin mengusiknya …”