Johan hanya melirik ke arah temannya itu sambil tersenyum kecil. Dia paham betul selera Clara. Jika tidak benar-benar berkualitas, dia mana berani mengajaknya ke sini(?). Beberapa kali pengalaman sudah membuktikan hal itu. Clara yang gila seni selalu tidak betah untuk tidak berkomentar ini itu jika ada pertunjukan live show seperti sekarang.
Tak hanya berhenti sampai di situ, bahkan pernah sampai suatu kali saking gemasnya dengan penampilan seorang penyanyi dan bandnya, Clara maju ke depan dan dengan tanpa malu menggelar konser dadakan. Maksudnya tentu untuk mengajari para pemain music itu tentang selera music yang benar. Walaupun toh pada akhirnya tepuk tangan tetap dihadiahkan olehnya dari para tamu, tapi muka para pemain itu benar benar sangat mengenaskan. Johan benar-benar tidak tega jika kejadian itu sampai terulang kembali.
Tanpa sadar Clara menggigit ujung jarinya sambil terus memperhatikan sosok yang sedang berada di depan sana. Clara terlihat benar sedang menikmati sajian music itu. Johan merasa lega benar melihat ini. setelah lagu pertama selesai, Clara mencolek lengan Johan sambil berbisik perlahan,
“Kenapa tidak dari dulu kau mengajakku kemari?”, Tanya Clara gemas. Johan tertawa perlahan.
“Aku baru tahu kalau ada permainan music begini menarik di sini. Lagi pula saat aku Tanya managernya, ternyata orang yang di depan itu baru beberapa hari bekerja di sini. Tidak kecewa bukan kuajak kemari?”
“Tentu saja tidak.”, sahut Clara sambil kembali memperhatikan sosok yang sedang memegang gitar itu. Orang di depan sana itu Nampak sedang beristirahat sambil membenahi senarnya yang mungkin kurang pas.
“Kau tahu siapa namanya?”, Tanya Clara lagi.
“Kenapa tidak kau ajak berkenalan sendiri saja?”
“Kau tidak berani? Sejak kapan?”, tatapan Clara tiba-tiba menunjukkan rasa kaget. Dilihatnya Johan yang memerah mukanya.
“Dia ternyata beda dari yang lain.”, jawab Johan dengan suara tertahan.
“Beda bagaimana? Dia menolakmu?”, Tanya Clara dengan wajah tak percaya.