Ketika dia hendak keluar, ternyata Nada melihatnya. Dengan wajah kaget, dia pandangi Johan.
“Kau sudah lama berada di situ?” Tanya Nada dengan suara gemetar.
“Cukup untuk melihatmu menciumnya.” Jawab Johan wajah dingin.
“Aku.. aku..”
“Jadi ini sebabnya kau selalu menolak berkenalan dengan lelaki? Karena kau seorang …” tidak diteruskan kata terakhir itu. Nada pun tampak bersalah. Air matanya kian menderas.
“Bisa kita bicara di luar saja?”
ϙϙϙ
Suasana kantin rumah sakit itu tampak lenggang. Mereka berdua memilih sebuah tempat duduk di pojok agar pembicaraan mereka tidak didengar orang.
“Sejak kapan kau menyukainya?”
“Aku.. aku..”
“Bicaralah terus-terang!” bentak Johan dengan suara tertahan. Nada menghela nafas berat.