Olokannya yang pernah diucapkan padaku, masih membekas dan menganga sangat curam
Aku takut luka ini basah kembali dengan perkara yang baru, yah.
"Hai, Rin. Udah sore nih, pulang bareng yok."
Dia adalah teman seprofesiku, Andi. Anak perantauan, dia sangat baik dan perhatian. Entah hanya sebatas diluar penampilannya. Aku tidak tahu.
"Tidak, Di. Aku jalan kaki saja." Jawabku.
Andi yang mencoba mendekatkan jarak kepadaku dan bertanya.Â
"Aku takut, gadis semanis kamu tidak dapat bajaj menjelang sore seperti ini. Ayolah, tidak apa-apa. Aku tidak akan menggigitmu."
"Hehehe masih ada kok, Di. Tenang saja. Kemarin, aku nunggu bajaj masih ada kok."
"Yakin?"
"Yakin lah. Sudah sana pulang."
"Ya sudah kalau kamu maksa."