Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Nama : Ayu Lestari

Mahasiswa_Fakultas Tarbiyah_STAI AL-HIDAYAT LASEM

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Merengkuh Teduh

4 Februari 2022   07:30 Diperbarui: 4 Februari 2022   07:35 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yah, hidupku dikelilingi oleh keberuntungan. Bagaimana tidak, orang sepertiku yang menahan dentuman rasa lapar, tertolong dengan sebongkah roti dari hantaran undangan pemilik kos.

Uang saku tidak seberapa yah, tapi berkat Tuhan daku masih bisa menari dengan sehelai nafas yang ada pada kerongkongan. Aku tinggal tak sangat jauh dari kampung halaman, yah. Cuma beberapa jam namun memang netra kita tak saling beradu untuk menyaksikan teduhnya rembulan.

Sekilas, aku melihat orang bernasib malang, yah. Dengan kaki yang terpelintir meminta iba dari hilir mudiknya pengemudi jalan. Tak tega rasanya, yah. Andaikan aku di posisi itu, apa yang akan kau lakukan, yah? apakah kau akan memintaku kembali ke kampung peradabanku?

Yah, bak rindu yang terjerat dari kerasnya jeruji besi berkarat. Karatnya besi tak seberapa, namun rindunya yang kian membara. Yah, diriku sering dipandang lemah, dipandang kecil, dipandang remeh temeh seperti kedelai yang basi.

Acap kali, saudara seliang rahim pun, sering kali acuh. Aku sering kali tertawa, untuk membalut dukaku yang bergelimpangan. Yah, andai engkau tahu aku mungkin menyebalkan. Disekolahkan di jurusan ini, tapi kerjanya sangat berbeda haluan. Ingin punya usaha, terpentok modal kurasa. Aku tidak didukung karena banyaknya kekhawatiran. Bukan untung malah buntung. Bukan begitu, yah?

Yah, andaikan nadiku bisa kudekap dengan bunga mimpiku di setiap hari dikala temaramnya malam yang sunyi. Buana yang ada diseberang sana mungkin tak akan dilanda paceklik kasih sayang. Derasnya air matamu mungkin bisa mengalirkan rasa teduh nun lembut bagi sukmaku yang sudah lama dahaga.

Ayah, kecupan demi kecupan yang beralih kumpulan-kumpulan amarah kian menggenang di tempurung kepala. Ingin ku keluarkan tapi tak kuasa, yah. Jika aku menuntut sang waktu untuk diputar balik dengan senang hati. Apakah diperbolehkan, yah?

Aku takut, suatu saat ada lelaki yang hinggap di sepenggal kisah ku tidak mampu. Memberikan hadiah kenyamanan bagi hidupku, bagaimana ayah?

Aku butuh tempat untuk bernaung

Aku butuh tempat untuk meraung

Aku butuh tempat untuk menampung. Menampung segala yang pahit, yah. Tapi siapa? Andai engkau tahu, yah di lima windu yang lalu, ada laki-laki pernah menjamah ragaku tanpa seizinku. Semestinya cerita ini aku tutup rapat-rapat. Akulah rindu. Anak perempuan bungsu yang hidup dengan serba keberuntungan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun