Aku tahu dia memperhatikanku dan mengkhawatirkanku. Di kejauhan saja, ia masih menoleh diarahku sampai tubuhnya tidak terlihat lagi dalam pandanganku.
Seperti yang dikatakan, alhasil tidak ada bajaj yang melintas. Becak saja tidak ada sama sekali.
"Bagaimana ini." Lirihku.
"Tuh kan. Ngga ada yang lewat bajajnya. Sudahlah, ayo naik."
"Loh, kok kamu belum pulang."
"Aku sudah lama merantau disini, dan aku paham betul jam berapa bajaj, busmini, becak itu beroperasi. Mana ada sore-sore menjelang maghrib ada yang melintas, halu kamu Rin."Â
Teduh sorotan matanya seperti.... ah, tidak.
Keadaan yang menuntunku harus pulang bersama dengannya. Tapi entah mengapa, Andi tidak membawaku pulang ke kos.
"Ini dimana ya, Di?" Tanyaku heran.
"Sudah, ikut saja. Indah kok pastinya, kayak kamu."Â
Setelah menjajaki beberapa ruas jalan raya sampai menuju ke jalan setapak, terlihat bangunan kayu yang belum pernah ku lihat, yah.Â