"Nah, udah sampai. Turun yok."
"Oke." (Sambil turun ke motornya).
Dia yang berlalu saja meninggalkanku dengan menghampiri gumpalan bukit yang menjulang tak terlalu tinggi di tempat itu. Memang, hawa yang disajikan kepadanya sangat nyaman dan tentram. Sembari itu, aku menghampirinya untuk duduk disampingnya.
"Damai, ya disini. Ini tempat favoritmu ya?" Tanyaku.
"Mmmm...bisa jadi, Rin. Aku kesini kalau tumpukan masalah yang di ubun-ubun terlalu penuh untuk ditampung."
"Emang, kamu masalahmu apa. Kalau boleh tahu."
"Kamu, Rin."
"A...a..aku? kenapa?"
"Wajahmu, parasmu, kebaikanmu, polosmu, dan apa yang melekat di tubuhmu. Itu yang memenuhi fikiranku selama bertahun-tahun."
Dari percakapan itu, suasana hening yang menyelimuti kedua manusia yang saling menerka-nerka keadaan hatinya, yah.
"Jadi, maksutnya apa?"