...
      Sepertinya hanya perasaanku saja, aku mencoba memperhatikan orang orang yang digantung dan kulihat baju baju yang tak asing yang mereka pakai.
      Tap.tap.tap..
      Deg!!!  Jantungku serasa berhenti berdetak seketika, ini bukan perasaanku saja, bodoh sekali aku, kenapa dari tadi aku tidak mencoba melihat kebelakang kalau ada orang yang mengikutiku. Ketika aku mencoba melihat kebalakang... SIAL!!! Hembusan nafas sudah terkena telingaku, bukankah ini terlalu dekat! Tidak tidak, aku tak berani untuk memalingkan wajahku,kumelirik ke sebelah kiri dan tepat sekali aku malah melihat kaca lemari yang usang, kaca itu memantulkan posisi ku dengan sesuatu dibelakangku, hanya bayangan gelap...tapi ada sesuatu yang sedikit bercahaya, ia menggengamnya terlihat genggamannya sangat erat dan ia mengangkat itu.
      PISAU! Itu pasti pisau, sebuah suara kudengar sangat jelas, "Se..la...mat...ja..lan..." suara orang dewasa sepertinya suara bapak bapak berumur 50an
      Zeeeb...
      Nafasku terengah engah, tidah tahu adrenalin macam apa yang membuatku bisa bergerak, sepertinya ini adrenalin ketika nyawamu terancam tapi tetap saja ini membuatku takut. Kini aku melihat dengan jelas tubuhnya itu, ya sudah jelas dia lelaki yang sudah cukup tua dan yang paling aneh lagi, dia menggunakan pakaian supir bus yang saat itu berdiri dibelakangku.
     Â
      "apakah hanya aku yang terbangun? Seharusnya bukan hanya aku saja woi lah." Aku melirik kesana kemari melihat orang orang yang tergantung     Â
      "Pasti... kamu berpikir bahwa kenapa hanya kamu yang bangun? Mungkin suatu keberuntungan atau mungkin sebaliknya? HAHAHAHHAA" Suara tawa pria itu mengisi ruangan ia jalan menghampiriku sembari menggengam erat pisaunya.
      Aku terus berjalan mundur dan berusaha mencari sesuatu barang untuk melindungiku, tak terasa aku sudah terpentok di tembok. Aku mencoba menggarap sesuatu, aku tak bisa memalingkan wajah sedetik pun, bisa bisa aku malah terbunuh.
      "Ohh iya, kamu mungkin terkejut juga melihat mayat temanmu ini, siapa juga ya yang tidak terkejut melihat temannya seperti ini, oh iya dia juga terbangun seperti mu hanya saja dia tidak seberuntung kamu, ya lihat saja nasibnya." Ia tersenyum lebar dan menusukkan pisaunya ke tubuh mayat itu.