Mereka langsung berjalan membukakan kursi itu, ternyata benar kursi itu sangatlah berat. Mereka menangis tetapi mereka sekuat tenaga untuk menggeserkannya, perlahan tapi pasti, sebentar lagi mereka akan bebas.
      "Yah ini pertemuan terakhir untuk kita, sejujurnya aku sempat bertemu dengan Ayah kalian Tn. Brandy, ia orang yang benar benar sangat baik." Aku menghela nafas dan tersenyum kepada mereka bertiga.
      "Apa? Kamu bertemu ayah kami?!" Ucap mereka secara bersamaan.
      "Iya benar, ayah kalian sangatlah konyol tapi dia sangat keren." Aku tertawa, mereka juga ternyata ikut tertawa bersamaku dan sungguh melihat mereka tertawa sangatlah menyejukkan, pesona mereka berbeda satu sama lain tapi menjadi satu padu, "Oh iya, Ayah bahkan ingin menitipkan permohonan maafnya kepadaku, ia sangat menyesal telah membuat kalian seperti ini."
      "Ayah memang sangat menyebalkan tapi dia tetaplah ayah yang terbaik bagi kami." Luna menyampaikan perasaanya, "Ayah tak perlu minta maaf, Ayah tak pernah berbuat salah dan kami bangga bisa menjadi anak Ayah dan Ibu." Lina dan Luna mengangguk setuju dengan apa yang disampaikan saudarinya.
      "Dan satu lagi sebelum hari  berganti, Selamat ulang tahun kalian bertiga Luna,Lina dan Lena, aku dan ayah ingin sekali menyampaikan ini kepada kalian bertiga."  Aku tersenyum manis.
      "Terima kasih! Sebentar kenapa rasanya kamu seperti saat berbicara ayah kami, rasanya itu seperti ayahmu." Mereka bertiga berterima kasih dan Lina seketika bertanya.
      "Sebenarnya ayah kalian menginginkan sekali anak lelaki, jadi ya aku memanggilnya ayah hahaha..." Aku menggaruk garuk kepalaku yang tak gatal, "Maaf aku tak bisa memberikan kalian apa apa dan sepertinya teman temanku sudah keluar dan ibu pun sudah kembali dari menahan pintu atas untuk warga itu tidak kabur."
      "Oh iya sebelum aku pergi, Maafkan aku Luna sebenarnya aku sudah mencuri dan membaca buku diary mu sayangnya buku diarynya tidak ada bersamaku." Aku menyampaikan salah terakhirku, aku hendak pergi tapi mereka semua menahan tanganku.
      "Tidak apa apa untuk masalah buku diaryku, aku bisa menceritakan semuanya jika kamu mau, mungkin nanti kita akan menghabiskan waktu banyak untuk bercerita." Luna tersenyum.
      "Untuk masalah hadiah, kami mendapatkan adik laki laki adalah suatu hadiah terbesar bagi kami, benar kan?" Lena melihat ke arah Luna dan Lina, mereka berdua mengangguk setuju dengan semangat.